Ja’far bin Abi Thalib turun ke medan perang dengan keberanian, meski ada pesan tak biasa dari Nabi Muhammad bagi pasukan Mu’tah. Zaid bin Haritsah wafat, Ja’far langsung mengamankan panji Islam, tanda Islam tidak tunduk pada banyaknya pasukan Romawi. Tangan kanannya terputus, Ja’far hanya peduli pada panji Islam agar terus berkibar. Kibaran panji Islam bukan soal simbol belaka, ada kobaran semangat yang akan mendorong tiga ribu umat Islam yang berjibaku. Giliran tangan kiri Ja’far yang ditebas, sisa tangannya bersusah payah menarik kembali panji Islam agar tetap berkibar. Ja’far wafat dalam kondisi yang mengenaskan, panji dilanjutkan oleh Ibnu Rawahah dan berujung kematian juga untu dirinya. Khalid bin Walid hadir memberi angina segar dan mampu mengusir ratusan ribu pasukan romawi dari Mu’tah. Ja’far merupakan sahabat yang memiliki kapasitas kelas kakap, kemampuan bernegosiasi di hadapan Raja Najasyi berhasil mengamankan puluhan umat Islam di Ethiopia. Saat berduel dengan ped...
Perbincangan takdir masih jadi perdebatan bagi kalangan masyarakat. Dilema dalam memaknai takdir terkurung pada dua sikap, antara putus asa dan sombong. Meski berulang kali ustad mengingatkan bahwa takdir menguji manusia untuk berusaha dan tunduk sekaligus. Tetap sulit bagi sebagian orang untuk menerima andai sebuah peristiwa menimpa. Ada kalanya manusia merasa tidak perlu mengusahakan, karena akhirnya takdir yang berbicara. Pasrah dengan keadaan, menerima kenyataan, menikmati hidup yang apa adanya. Sedangkan Allah SWT meminta manusia terus bergerak dan berjuang menemukan jalan keluar. Fenomena putus asa yang tunduk pada takdir, padahal sejatinya sedang menantang takdir. Ada juga sebagian yang merasa capaiannya adalah hasil usahanya sendiri. Capaiannya sampai hari ini dianggap sebagai perolehan dari kumpulan langkahnya di dunia. Padahal Allah SWT sudah tegaskan segala keputusan sebelum kita dilahirkan. Kesombongan manusia atas cipta karyanya di dunia merupakan bentuk pembangkangan ...