Gambar oleh Free Photos dari Pixabay |
Kita sedang hidup di era semua permasalahan bisa terselesaikan oleh secangkir kopi. Renungan derita pekerjaan selama satu pekan seolah cair oleh kopi. Setumpuk tugas di atas meja kerja seakan tuntas terbawa arus tegukan kopi.
Dari puluhan kata kopi yang terucap setiap harinya, seberapa jauh pengetahuan mereka tentang kopi. Apakah kopi hitam bercampur dengan logo kapal pinisi itu jadi standardisasi kopi yang dimaksud? Ataukah suasana kafe yang estetik dan instagramabble adalah maksud dari kopi?
Menjadikan kopi sebagai langkah menyelesaikan masalah memang salah satu jawaban. Tidak bisa kita salahkan, tidak juga sepenuhnya kita benarkan. Kopi adalah biji dari tumbuhan kopi, melalui beragam proses, maka lahirnya bubuk kopi yang siap seduh.
Mengapa kalimat di atas patut kita benarkan? Sebab kopi mengandung kafein yang dapar merangsang semangat. Mari sempatkan kita baca beberapa artikel atau jurnal tentang kopi yang berhubungan dengan pengaruhnya terhadap semangat seseorang. Salah kata kuncinya adalah kondisi tubuh kita yang memiliki reseptor adenosin, reseptor yang ada dalam tubuh manusia secara alami.
Efek terbesar dari reseptor ini dapat menghambat di otak, menekan gairah kita dan dapat membantu tidur lebih lelap. Maka fungsi kafein adalah menghambat reseptor ini, agar kondisi tubuh tertap bergairah dan semangat. Perspektif ini penting kita pahami dan dapat kita telusuri melalui berbagai literatur.
Akah hanya karena kafein? Tentu tidak juga. Jika perspektif kopi itu adalah kafe, maka suasana kafe akan menunjang kebahagiaan dan semangat. Bisa jadi semangat yang terus terjaga dihasilkan dari suasana, bukan dari minumannya.
Pada konteks ini, kopi yang diartikan biji kopi atau ngafe memiliki kesamaan fungsi untuk mempertahankan gairah dan semangat. Dan tidak ada salahnya frasa "ngopi" sebagai jawaban atas segala kepenatan. Secara literatur biji kopi memiliki kandungan yang mendukung hal itu, secara psikis kafe juga mengarah pada hal itu.
Komentar
Posting Komentar