Perbincangan takdir masih jadi perdebatan bagi kalangan masyarakat. Dilema dalam memaknai takdir terkurung pada dua sikap, antara putus asa dan sombong. Meski berulang kali ustad mengingatkan bahwa takdir menguji manusia untuk berusaha dan tunduk sekaligus. Tetap sulit bagi sebagian orang untuk menerima andai sebuah peristiwa menimpa.
Ada kalanya manusia merasa tidak perlu mengusahakan, karena
akhirnya takdir yang berbicara. Pasrah dengan keadaan, menerima kenyataan,
menikmati hidup yang apa adanya. Sedangkan Allah SWT meminta manusia terus
bergerak dan berjuang menemukan jalan keluar. Fenomena putus asa yang tunduk
pada takdir, padahal sejatinya sedang menantang takdir.
Ada juga sebagian yang merasa capaiannya adalah hasil
usahanya sendiri. Capaiannya sampai hari ini dianggap sebagai perolehan dari kumpulan
langkahnya di dunia. Padahal Allah SWT sudah tegaskan segala keputusan sebelum
kita dilahirkan. Kesombongan manusia atas cipta karyanya di dunia merupakan
bentuk pembangkangan kepada takdir.
Manusia dihadapkan pada dualitas yang tanpa dirasa kita
sering mengalaminya. Sesekali kita terjerumus pasrah, tak jarang juga kita
merasa aktor utama dari segudang keberhasilan. Takdir bukan alasan untuk
menyerah pada keputusasaan, tetapi juga bukan alasan untuk menjadi sombong dan
merasa tak terkalahkan.
Manusia di dunia ibarat nakhoda kapal yang berjuang sampai
ke daratan. Penting bagi kita sekuat tenaga mengarahkan kapal, menentukan rute,
memahami kompas agar sampai tujuan. Nyatanya perjalanan tidak semulus harapan,
kadang ada badai melanda, cuaca ekstrim di luar kuasa manusia dan perubahan
arah angin. Sebagai nakhoda yang bijaksana menyerah bukan pilihan, seluruh kru
menantikan keputusan untuk sama-sama berjuang.
Saat kapal berhasil melalui badai dan cuaca ekstrim untuk
sampai daratan, semua penumpang bersorak sorai. Nakhoda tidak sepatutnya
berbangga atas keberhasilannya, sebab ada alam yang mendukung dan takdir yang
sudah ditentukan. Kehebatan nakhoda terbukti saat melakukan usaha terbaik
menyelamatkan kapal, namun tetap rendah hati karena tidak segala hal dalam
kendali manusia.
Putus asa dan sombong dua sisi yang berjauhan, tapi
sejatinya berasal dari sumber yang sama. Sedangkan manusia harus berada di
antaranya, menikmati setiap langkah perjuangan dan mengakui bahwa ada kekuatan
lebih besar yang menentukan akhir hidup ini. Life must go on, teruslah
melangkah tanpa rasa takut karena ada takdir yang ditentukan, dan berikan kadar
yang tepat pada setiap perjuangan.
Komentar
Posting Komentar