Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2016

Lunturnya Identitas Berpikir (2)

Kemenangan demi kemenangan diraih oleh pasukan Rasulullah. Melalui komandan-komandan muda yang memimpin peperangan, Islam semakin meluas di masa khulafaurrasyidin. Bahkan hingga menular ke negeri pertiwi. Semangat jihad menumpas penjajahan Eropa, sama kuatnya dengan khilafah nenek moyangnya. Pekikan takbir bung Tomo dan Pangeran Dipenogoro bukan sekedar fiktif yang ada di buku sejarah SMP-SMA. Itu adalah semangat juang tinggi untuk menyingkirkan kafir barat. Karena janji Allah akan kemenangan serta nasionalisme yang tinggi Indonesiapun merdeka. Dalam perjuangan, kita tidak berbicara tentang kemenangan. Biarlah seorang pejuang tetap mempunyai nilai tersendiri di hadapan Tuhannya dan para saksi yang juga syahid di jalanNya. Tapi pejuang tetap pejuang walau tanpa kemenangan. Akan menjadi gagal paham kita jika penilaian dari sebuah perjuangan hanya hasil semata. Kita akan terlihat materialistis. Tidak semua Rasul dan Nabi Allah sukses dalam perjuangan dakwah. Apakah umat Nuh as be...

Pentingnya "Konsep Fitrah" Dalam Islam

Manusia penghuni alam jagat ini sama statusnya dengan makhluk lain. Tapi lebih memiliki keahlian khusus dan kelebihan yang tidak dimiliki lainnya. Ia juga diberi jabatan sebagai khalifah di muka bumi (Albaqarah : 30). Meski banyak perdebatan tentang makna khalifah. Sebagian besar ulama menganggap bahwa manusia tidak hanya pengganti orang lain. Tapi ia juga khalifatullah (pengganti Allah) dalam artian khalifah bertindak dan berbuat sesuai dengan perintah Allah. Kekhususan manusia juga terletak pada segi fitrah. Cirinya adalah bahwa manusia menerima Allah sebagai Tuhan. Dengan kata lain manusia memiliki kecenderungan kepada agama. Dan itu agama Allah, karena agama sebagian dari fitrahnya. Jadi naluri seorang manusia ketika lahir adalah islam. Tapi ada potensi manusia tidak menjadi muslim. Karena faktor eksternal/alam/lingkungan. Tapi tetap identitas manusia saat lahir adalah sebagaimana ruh ditanya dalam kandungan. Pandangan seperti ini mungkin akan brrtentangan dengan sebagian ...

Bahagia... Dimana dia ?

Seperti kau lihat diluar sana. Hujan terus mengguyur bukan ? kita tak bisa berkelana memanjakan tubuh mungil yang rusak ini. Tenanglah ! Kita tidak akan selamanya dihadapkan dengan hujan petir. Ada saatnya matahari jernih sepenuhnya menyinari hingga sampai saatnya kita mengeluh kembali. Cukup yakini ayat Allah "و تلك الا يام نداولها بين الناس" Bahwa keadaan setiap peradaban akan terus berjungkal silih berganti. Apalah daya manusia... Pemburu kesenangan yang sementara akan terus mencari. Apakah kegembiraan hidup ? Sepotong musik jazz ? Semangkok bakso ? Sebait puisi ? Sebatang rokok ? Seorang istri ?.. ah.. apa selembar ijazah ? Sebuah mobil ? Sebuah rumah ? Pacar ? Walkman ? Akan selalu bertanya. Bagaimana caranya menikmati hidup ? Padahal dua partikel atom dalam hidup saling tarik-menarik dan tolak-menolak. Tak selamanya sedih begitu juga bahagia. Masih saja bingung dengan kebahagiaan yang sementara. Mengapa kita bisa bahagia Tuhan ? Jangan-jangan mencari kebahagi...

Basa-basi Perjuangan

Dulunya manusia saling berkasih sayang Hingga sampai pada titik enggan berseteru Besarnya pengorbanan jadi ujian dari Tuhan Saat waktunya mereka akan dihadapkan dengan nikmat Laga selanjutnya adalah "tadhiyah" manusia Agregat antara merelakan dan menimbun kebahagiaan akan dipertanyakan Karena tanggungan umat masih hilang di permukaan Keindahan wajah dan harta pernah menjadi tren pemimpin Akibatnya antek-antek latah mengulanginya Gagal pahamnya itu dituhankan, padahal orang sumur menjadi raja dan tampan Rakyat sejahtera, negara aman dan tahan kerontang Ketika itu juga Uang, jabatan dan akar-akar Leninisme pernah mendunia Umat terlaknat karena cinta dengan hartanya, kagum dengan tampilan istananya Berharap jadi gengsi dasinya Ramses 3 Semua itu hancur tak berbekas, bagai senja dimakan isya Masa kehidupan terus berputar sebagaimana ayat Tuhan Bahwa kekuasaan akan terus bergulir dalam genggaman manusia Entah dia yakin atau enggan Tapi manusia dibingungkan de...

2014 Katanya ...

2014 Katanya ... Oleh : Azharrijal Dakwatuna.com 2014 itu panas Mereka yang katanya peduli bawahanjustru lebih populer untuk di atas Bukannya yang berkapasitas Tapi ternyata orang bawahan Katanya, Untung yang memimpin bukan militer Bawaannya harga sembako naik Bawaannya harga BBM naik Bawaannya Dollar naik sampai 13.000 Bawaannya dan bawaannya Katanya, Nyatanya, Semua nyata, tak ada katanya Hanya satu kalimat setelah katanya Dan siapa yang memimpin I tulah katanya.

Dimana Puncak Kehancuran ?

Semenjak ayam berkokok saraf bergerak semakin cepat Bergerak mencari solusi dari tragedi besar umat tragedi butuh solusi ? Bukan.. Cari akarnya .. Lalu kita potong kepala ular hingga ekornya tak bisa beracun Setidaknya racun terparah telah di non-aktifkan Pada akhirnya... Bukan merapi vulkanik yang hancurkan kita Bukan pula gelombang tsunami setinggi hayalan seksama Tapi kerakusan dan ketidak adilan Manusia yang menyendiri (tersendiri) dan ketakutan Merapi dan tsunami itu ada di diri kita.

Teruntuk Kesombongan

Terlihat seperti indah dengan warna yang didambakan Karena mata yang penuh dengan kesombongan Setiap langkah pelan berhati-hati terlihat menghindari dosa Hingga lupa jika langkahnya pun sudah sejak lama berlumurdosa Sekeras batu berteriak ketika palu ingin membelahnya Tetap saja suara tidak merubah ketetapanNya Manusia mungkin takut dengan tinjuan keras gong berbunyi"ini bukan dosa (ku)" Namun Yang Maha Kuasa justru berkata lebih keras dalam lamunanNya Kita hanya ingat tingkatan-tingkatan yang kita raih Dan lupa akan tingkatan neraka yang dijanjikanKarena kerudung itu akan tetap terbakar hangus jika lupa memainkannya Begitu juga jika hanya memainkannya sebagai boneka terdiam sebagai pemandangan, tak bermakna dan itu tetap API. (Tak ubahnya peci) Dimana islamnya ??? Tak usah disamakan dengan orang-orang para pengagung perbedaan agama Apalagi menyelaraskan diri dengan para orientalis barat demi terlindungi martabat Ngeles sana-sini demi selamatkan pelanggaran ...

Jangan Salahkan Aku...

Oleh : Azhar Fakhru Rijal Jangan salahkan aku... Karena buruknya rupa jasadku Pohon tumbuh dan layu tak berbuah Ia mahal tak terhargakan dan sampah sesampah-sampahnya Hujan disanjung sebab kemarau yang panjang Dan keringku adalah hujanku, Dunia terlalu kecil jika hanya mendendangkan api dan air Jangan salahkan aku... Karena minornya popularitasku Terkadang teh hangat manis dicampakan ibu kota MSG, formalin pun diasingkan dari pedesaan Tapi keduanya diterima oleh si bijak yang dicap serakah Dan hilang entah kemana di mata populer Jangan salahkan aku... Karena gamangnya langkahku Sejak dulu lautan tak pernah biru di kacamata hitammu Termakan polusi mengajak ego mengangkat pragmatis kekinian Akhirnya medioker selalu kalah Tidak replika kehidupan sebagimana premier league mengejutkan Leicester tetap juara karena usaha But "form is temporrary and class is permanent" Jangan salahkan aku... Karena debu dompet abu ku Pohon jati terlalu lama tuk ditanam Tahun ...

Inilah Jawabanmu Tuhan.

Seharusnya kita bersyukur masih diberi rasa patah ini oleh ALLAH, masih boleh menangis, itu ertinya kitamasih ada hati kan? Bukan hanya sekadar hati,tapi hati yang sensitif, yang lembut dan yang mampu bahagia danluka.Dan airmata yang mengalir ini dapat membersihkan kelopak mata kita yang kusam menjadi jernih kembali kerana airmata yang berlinang membawa semua kotoran dimata. Menangislah kerana mencintai ALLAH pada saat kita bersendiri.Airmata ini lebih bernilai pahala daripada menangisi si dia, orang yang ditangisi pun tak tahu kita nangis kerananya ♥ ‘fabiayyi ala irobbikuma tukazziban ♥ Maka nikmat yang mana lagikah yang sanggup kitadustakan? bahkan didalam air yang berlinang melalui mata ini, ALLAH memberikan kasih sayangnya.Mungkinkah ada lagi nikmat ALLAH di balik katapatah hatiini?