Langsung ke konten utama

Basa-basi Perjuangan

Dulunya manusia saling berkasih sayang
Hingga sampai pada titik enggan berseteru
Besarnya pengorbanan jadi ujian dari Tuhan
Saat waktunya mereka akan dihadapkan dengan nikmat
Laga selanjutnya adalah "tadhiyah" manusia
Agregat antara merelakan dan menimbun kebahagiaan akan dipertanyakan
Karena tanggungan umat masih hilang di permukaan
Keindahan wajah dan harta pernah menjadi tren pemimpin
Akibatnya antek-antek latah mengulanginya
Gagal pahamnya itu dituhankan, padahal orang sumur menjadi raja dan tampan
Rakyat sejahtera, negara aman dan tahan kerontang
Ketika itu juga
Uang, jabatan dan akar-akar Leninisme pernah mendunia
Umat terlaknat karena cinta dengan hartanya, kagum dengan tampilan istananya
Berharap jadi gengsi dasinya Ramses 3
Semua itu hancur tak berbekas, bagai senja dimakan isya
Masa kehidupan terus berputar sebagaimana ayat Tuhan
Bahwa kekuasaan akan terus bergulir dalam genggaman manusia
Entah dia yakin atau enggan
Tapi manusia dibingungkan dengan nikmat
Mana miliku, mana milikmu bahkan milikNya
Dan ternyata hidup terus berulang
Keyakinan tak ayalnya kertas kosong murahan
Harta dan tahta jadi bandingannya
Siapa tak punya kekayaan ia ditinggalkan meski dengan cinta
Lebih-lebih hampa cinta
Siapa tak bertahta ia tak pantas beradam/hawa
Ketika pengorbanan dianggap hasil akhir
Sedangkan dunia dihabisi hingga emasnya
Lalu dimana tempat "proses" bersemayam
Apakah sistem menjadi tak berharga bagi manusia ?
Jangan pikir besi  menjadi pisau karena seorang pandai
Mereka butuh api, butuh menunggu, butuh bahan bakar, bahkan butuh orang lain
Semoga hidup kita tak sehina besi
Enyahlah hedonisme keparat...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yahya Sinwar dan Naluri Kepahlawanan Ja’far bin Abi Thalib

  Ja’far bin Abi Thalib turun ke medan perang dengan keberanian, meski ada pesan tak biasa dari Nabi Muhammad bagi pasukan Mu’tah. Zaid bin Haritsah wafat, Ja’far langsung mengamankan panji Islam, tanda Islam tidak tunduk pada banyaknya pasukan Romawi. Tangan kanannya terputus, Ja’far hanya peduli pada panji Islam agar terus berkibar. Kibaran panji Islam bukan soal simbol belaka, ada kobaran semangat yang akan mendorong tiga ribu umat Islam yang berjibaku. Giliran tangan kiri Ja’far yang ditebas, sisa tangannya bersusah payah menarik kembali panji Islam agar tetap berkibar. Ja’far wafat dalam kondisi yang mengenaskan, panji dilanjutkan oleh Ibnu Rawahah dan berujung kematian juga untu dirinya. Khalid bin Walid hadir memberi angina segar dan mampu mengusir ratusan ribu pasukan romawi dari Mu’tah. Ja’far merupakan sahabat yang memiliki kapasitas kelas kakap, kemampuan bernegosiasi di hadapan Raja Najasyi berhasil mengamankan puluhan umat Islam di Ethiopia. Saat berduel dengan ped...

Jaminan Dewasa bukan Usia

Masalah dewasa selalu menjadi persoalan di tengah kebingungan orang menentukan standar apa yang harus dipahami. Soal standar dewasa ini memang sangat relatif. Sulit mencari sudut pandang yang objektif, sebab ukuran dewasa seseorang sangat banyak pertimbangannya. Melihat dari sudut satu tidak menutup perbedaan yang terbentang dari sudut pandang satunya. Belum lagi dilihat dari banyak ilmu yang berbicara tentang seperti apa dewasa sebenarnya. Bahkan saat kita mengatakan “masyarakat indonesia belum terlalu dewasa menyikapi masalah” , justru pernyataan itu akan berbalik. Dewasa kah orang yang mengatakan masyarakat belum dewasa? Dalam mata hukum misalnya, secara umum  batas usia seorang dewasa adalah 21 tahun. Tapi dalam undang-undang lainnya menentukan batas usia yang berbeda dalam memandang kedewasaan. Menurut sebagian ahli menyebut batas awal dewasa adalah usia 18 tahun. Sedangkan hukum Islam menyebut seorang baligh adalah dengan ihtilam, tumbuhnya rambut kemaluan dan usia t...

Perempuan Menutup Aurat atau Lelaki Menahan Nafsu?

Polemik patriarki selalu jadi tema pembahasan para feminism. Ada sudut pandang lain yang menurut mereka lelaki terlalu spesial dari perempuan.  Salah satunya soal perintah perempuan harus menutup aurat, lalu dihubungkan dengan soal tindakan kriminal, pemerkosaan dan menjaga kehormatan. Feminism melihat bukan soal perempuan yang harus menutup aurat, tapi lelakilah yang harus menahan nafsu. Dari sinilah perseteruan dimulai! Menurut saya, tidak ada polemik yang perlu diperpanjang, entah siapa yang memulai, tapi pembahasan ini seharusnya selesai sejak kedua titah itu dituliskan. Jika dilanjutkan, akhirnya muncul ribuan pertanyaan. Kenapa perempuan harus bertanggung jawab atas nafsu lelaki? Kenapa perempuan yang harus jaga diri dari lelaki, bukan sebaliknya? Dari pihak lain akan bertanya juga dengan konteksnya.  Menutup aurat itu kewajiban bagi perempuan, begitu juga menahan nafsu wajib bagi lelaki. Ego masing-masing yang membuat perdebatan ini tidak ada endingnya. Ada satu perspek...