Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2016

Garuda Keadilan Persembahan Untuk Indonesia

(28/3) 4 tahun sudah Garuda Keadilan berjalan meniti kerasnya kehidupan pemuda Indonesia. Tercoreng nama pemuda menjadi salah satu tugas besar GK untuk kembali mengambil alih pergerakan masyarakat ke tangan pemuda. Kepercayaan yang hilang karena tauran, minum-minuman, narkoba menjadi faktor rusaknya nama pemuda di mata masyarakat indonesia yang berimbas kepada kurangnya kepercayaan terhadap potensi pemuda. Persoalan lain yang harus dihadapai GK adalah menggerakan gairah dan daya saing antar pemuda dalam berkarya di segala bidang. Terobosan-terobosan ala pemuda yang bisa membantu keadaan ekonomi Indonesia di tengah gejolak politik yang kiranya tak kunjung usai bisa menjadi jawaban. Masalah itu tidak hanya terletak pada perilaku negatif yang disuguhkan kepada warga, tapi termasuk diamnya kaula muda dan enggan untuk melakukan hal yang dapat merubah lingkungan bahkan dirinya sendiri. Disinilah Garuda Keadilan harus mampu mewadahi potensi muda yang terlihat apatis. Meskipun peril...

“Wacana Terorisme” Untuk Menghambat Peradaban Islam

Belakangan ini kasus densus 88 menangkap salah seorang ustad dan imam masjid di klaten ramai dibicarakan. Yang dipersoalkan tidak pernah berubah, selalu masalah perlakuannya yang sewenang-wenang dan main hakim sendiri. Seseorang dianggap teroris yang entah dari mana kabarnya, lalu densus 88 ditugaskan tanpa pikir panjang menggerebek dan menembal mati orang tersebut. Tragedi seperti ini bukan sekali, bahkan sudah berulang berkali-kali. Dan oknumnya selalu terkait teroris (islam) dan densus 88. Apa sebegitu pentingnya eksistensi densus 88 hingga bersikap memancing media. Ataukah memang benar adanya islam yang sedang ingin dipojokan dengan paranoid teroris, fundamentalis dan sebagainya. Apakah yang dilakukan densus 88 tidak mencederai NKRI sebagai negara hukum. Hingga seorang statusnya masih “terduga” langsung dihakimi dengan hukuman terberat. 2015 sempat ramai hukuman mati para gerbog narkoba LN dan dalam negeri. Mereka diadili, masuk meja hijau hingga akhirnya diputuskan h...

Apresiasi Untuk (meningkatkan) Karya Anak Bangsa

Modern yang serba pragmatis ini membuat langkah manusia seakan lebih cepat. Layaknya eskalator di mal-mal atau lift. Manusia bisa lebih menghemat tenaga tapi lebih efesien dalam waktu. Sebuah keuntungan untuk kemajuan negeri ini khususnya. Keterlambatan pelajar atau pekerja bisa diminimalisir dengan tersedianya alat-alat canggih hingga bisa lebih memfokuskan mereka pada pekerjaannya. Fasilitas sekarang sedikitnya sudah lumayan dibanding sebelumnya. Tapi apa yang menyebabkan manusia zaman ini enggan menggunakan akalnya untuk lebih berkreasi atau menciptakan sesuatu untuk memajukan bangsanya. Kiranya Imam Alghazali tidak bisa pesan makanan online ketika dia sedang memfokuskan diri menulis “ihyau ulumuddin” di ruangan kecilnya, tapi dia juga harus makan. Semua itu terpenuhi dan buku yang berjilid-jilid itupun sudah beliau tuntaskan. Mungkin kita boleh mengeluarkan hipotesa bahwa “sebuah karya tidak selalu bergantung kepada fasilitas” Daulah Abbasiyah yang selalu...

Lunturnya Identitas Berpikir (1)

Bagi seorang muslim identitas diri yang menunjukan pribadinya seorang muslim itu sangatlah penting. Indikasi yang memberikan khas pada diri seseorang bisa dalam bentuk apa saja. Pakaian, komunikasi, tapi terpenting adalah metodologi berpikir yang berimbas pada perilaku. Yang akan bertumpu pada pandangan sekitar bagaimana sebenarnya identitas kita. Identitas berpikir yang sebegitu besarnya berpengaruh terhadap pola hidup seseorang dan sekitarnya kini mulai tergerus oleh nilai-nilai kebaratan yang sekuler. Akibatnya buah dari pikirannya adalah perilaku yang jauh dari tuhan. Kita seperti sedang dicekoki trauma yang pernah melanda barat. Trauma terhadap agama. Kita terus dipaksa untuk berpikir tanpa framework agama dengan dalih objektifitas sebuah pemikiran. dengan kaidah “rahmatan lil alamin” dan keutamaan tangan diatas seharusnya Perihal beri-memberi umat islam selalu di barisan terdepan. tapi budaya memberi kepada sesama kini hilang. Padahal ini budaya sejak zaman Rasul SAW. Sah...

Bedah Buku : "The Harmony of Humanity" (Menjawab Provokasi Samuel P. Huntington)

Dalam kesempatan kali ini saya ingin mencoba mengulas acara bedah buku di IBF 2016 yang membedah buku fenomenal karya Dr. Raghib Assirjani yang berjudul The Harmony Of Humanity. Buku ini sebuah langkah besar Dr. Raghib dalam menyelesaikan pelbagai konflik (horizontal maupun vertikal) yang kita alami semenjak pecahnya cold war (perang dingin) atau setelah komunis hancur (salah satunya). Dalam kesempatan ini tamu yang diundang untuk membedah buku ini adalah Ikhwanul Kiram (wartawan senior) dan Adian Husaini (pemikir dan penulis muda). Walaupun saya tidak sempat mendengarkan paparan dari Ikhwanul Kiram karena terlambat, tapi saya masih berkesempatan paparan Dr. Adian Husaini dari awal. Dalam membedah buku ini (The Harmon of Humanity) kita harus mengenal sedikitnya perihal Huntington dan pemikirannya. Karena Dr. Raghib menulis buku ini secara khusus sebagai “antitesis teori the of civilization Samuel P. Huntington. Dan Dr. Adian Husaini sedikitnya menyampaikan bagaimana teori Huntin...