Bagi seorang muslim identitas diri yang menunjukan pribadinya seorang muslim itu sangatlah penting. Indikasi yang memberikan khas pada diri seseorang bisa dalam bentuk apa saja. Pakaian, komunikasi, tapi terpenting adalah metodologi berpikir yang berimbas pada perilaku. Yang akan bertumpu pada pandangan sekitar bagaimana sebenarnya identitas kita.
Identitas berpikir yang sebegitu besarnya berpengaruh terhadap pola hidup seseorang dan sekitarnya kini mulai tergerus oleh nilai-nilai kebaratan yang sekuler. Akibatnya buah dari pikirannya adalah perilaku yang jauh dari tuhan. Kita seperti sedang dicekoki trauma yang pernah melanda barat. Trauma terhadap agama. Kita terus dipaksa untuk berpikir tanpa framework agama dengan dalih objektifitas sebuah pemikiran.
dengan kaidah “rahmatan lil alamin” dan keutamaan tangan diatas seharusnya Perihal beri-memberi umat islam selalu di barisan terdepan. tapi budaya memberi kepada sesama kini hilang. Padahal ini budaya sejak zaman Rasul SAW. Sahabat tak segan memberi untanya yang berjumlah ratusan hingga setengah harta bahkan seluruhnya itu jadi hal lumrah. Dan zaman ini untuk sekedar infaq sholat jumat kita masih pilah-pilih. Secepat itulah budaya yang sudah ditancapkan sejak lama tergerus.
dengan kaidah “rahmatan lil alamin” dan keutamaan tangan diatas seharusnya Perihal beri-memberi umat islam selalu di barisan terdepan. tapi budaya memberi kepada sesama kini hilang. Padahal ini budaya sejak zaman Rasul SAW. Sahabat tak segan memberi untanya yang berjumlah ratusan hingga setengah harta bahkan seluruhnya itu jadi hal lumrah. Dan zaman ini untuk sekedar infaq sholat jumat kita masih pilah-pilih. Secepat itulah budaya yang sudah ditancapkan sejak lama tergerus.
Kalaulah belumlah sanggup mengembangkan hal-hal baik lainnya. Cobalah untuk mempertahankan budaya yang sudah dilakukan sejak nenek moyang kita. Selama itu baik masyarakat akan tetap menerimanya.
Sehak dahulu kala Kota Tasikmalaya sudah memiliki identitas sebagai kota santri karena begitu banyaknya pesantren. Hampir setiap kelurahan disitu ada pesantren. Bahkan di sekitar maqam ulama dan pejuang indonesia HZ Mustofa hampir kita akan temukan setiap gang disitu ada spanduk bertuliskan nama pesantren. Itulah Tasikmalaya yang sangat kental dengan islam dari pesantren2nya. Tapi bagaimana mungkin di tempat yang identitas kota santri penculikan motor ada dimana-mana, anak membunuh ayah juga kitta temukan. Belum lagi geng motor yang masih banyak berkeliaran menimbulkan keresahan.
Yang jelas identitas yang tak ternilai harganya itu kini sudah luntur dan bisa diperjual belikan. Dulu idealis sering dicemooh karena tidak realistis. Dan sekarang orang pragmatis justru banyak kehilangan identitasnya. Mereka lebih ingin berjuang atas nama kesejahteraan dan lupa idealisme islam. Padahal islam itu sendiri adalah kesejahteraan dan keselamatan. Permainan seperti sudah jadi makanan kita dimanapun tempatnya. Tidak ada tempat lagi bagi kita menyelamatkan metodologi berpikir yang menjadi identitas dan sudah banyak diracuni dan diliberalkan dari sebuah sistem sudah dibangun sejak dulu. Sudah waktunya idealis lebih realistis dan pragmatis lebih idealis. Mari berpikir.
Komentar
Posting Komentar