Langsung ke konten utama

Kita dan Dunia Maya (1)


Berbicara tentang media sosial memang tidak akan ada habisnya, ia barang baru yang terus berkembang setiap harinya. Selama permasalahan larut mengikuti konsep yang semakin kompleks, selama itu hal-hal baru memang harus berkembang. Karena begitulah hakikat ilmu sebagai jawaban untuk perjalanan hidup kita. Kita dituntut untuk selangkah lebih maju dari pada masalah yang ada. Maka kreativitas, kelihaian dan kepandaian kita diuji dalam menghadapi kehidupan yang semakin rumit ini.

Media sosial adalah salah satu jawaban atas semakin cepatnya pergerakan hidup di dunia. Media sosial (medsos) mungkin menjadi jawaban dari berkembangya alat komunikasi. Meskipun begitu tidak efektif jika kita menyerahkan seluruh kehdiupan disini, karena faktanya pengguna medsos belum merata. Masih ada sisi-sisi dimana kita harus berbagi di dunia nyata selain di dunia maya. Meskipun tidak bisa dipungkiri kita harus bergerak dan menyerahkan segenap hidup kita di dunia maya.

Kita harus memahami bahwa media sosial berada di dunia maya. Atau bisa kita bayangkan bahwa ada kehidupan lain selain hidup kita di dunia nyata. Jika dunia ini kosong, maka semua penghuni memiliki kesempatan untuk berbuat apapun membiarkan jejak yang ia kehendaki. Jika itu kebaikan, maka kebaikan yang akan menguasai dunia itu, begitupun sebaliknya. Inilah faktanya dunia maya, siapapun memiliki kesempatan yang sama untuk menguasainya. Dan begitu kebijakan kita diuji, untuk apa kita gunakan medsos, konten apa yang kita berikan kepada warganet.

Sebagai seorang muslim kita diberi kesempatan yang sama juga untuk mewarnai kehidupan di dunia maya. Seperti yang saya katakan tadi, bahwa hampir segenap hidup kita serahkan kepada dunia maya bahkan ada UU ITE khusus mengatur cara kita hidup di dunia maya. Di Indonesia saja pengguna internet mencapai angka 130 juta, sudah diatas 50% rakyat Indonesia menjadi penikmat hidup di dunia maya. Sebagai sarana yang bisa kita manfaatkan untuk berbagi kebaikan, tidak mungkin kita tinggalkan lalu orang-orang yang tidak peduli dengan kebaikan menguasainya. Inilah yang saya pahami dengan “Jihad Medsos”.

Dalam perjalanannya, konten medsos mulai banyak diisi dengan berbagai kebaikan. Sekalipun belum bisa kita katakan bahwa medsos kita kuasai untuk menyampaikan kebaikan, tapi sedikitnya umat Islam sudah ikut berjuang di dalam goncangan yang besar di dunia maya. Dan goncangan itu kadang membuat kita pusing kepala atau bisa jadi masuk penjara. Sehingga dapat kita katakan bahwa dunia maya bukan sembarangan, bukan hanya tentang game online atau menonton siaran langsung, ini tentang bagaimana kejahatan menguasainya dan ia merusak pondasi dan bangunan kehidupan kita melalui dunia maya. Dan itu mereka lakukan tanpa kita sadari.


Kita tidak sedang berbicara bagaimana hacker bekerja atau how to be a hacker. Sebagaimana dalam dunia kita sekarang, kita tidak harus menjadi polisi, anggota dewan untuk berbuat kebaikan. Begitupun dunia maya kita hanya perlu menampilkan kebaikan-kebaikan itu agar warga net melihat bahwa medsos di dunia maya ini ternyata berisikan kebaikan, lalu mereka pun ikut serta meng-share kebaikan-kebaikan itu. Mari kita arahkan segenap hidup kita di dunia maya ini untuk menebar kebaikan. 

Karena perjuangan itu ada pada, maukah kita ikut serta di dunia maya? Dan sejauh mana itikad kita menebarkan kebaikan dan berjuang di dunia maya?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yahya Sinwar dan Naluri Kepahlawanan Ja’far bin Abi Thalib

  Ja’far bin Abi Thalib turun ke medan perang dengan keberanian, meski ada pesan tak biasa dari Nabi Muhammad bagi pasukan Mu’tah. Zaid bin Haritsah wafat, Ja’far langsung mengamankan panji Islam, tanda Islam tidak tunduk pada banyaknya pasukan Romawi. Tangan kanannya terputus, Ja’far hanya peduli pada panji Islam agar terus berkibar. Kibaran panji Islam bukan soal simbol belaka, ada kobaran semangat yang akan mendorong tiga ribu umat Islam yang berjibaku. Giliran tangan kiri Ja’far yang ditebas, sisa tangannya bersusah payah menarik kembali panji Islam agar tetap berkibar. Ja’far wafat dalam kondisi yang mengenaskan, panji dilanjutkan oleh Ibnu Rawahah dan berujung kematian juga untu dirinya. Khalid bin Walid hadir memberi angina segar dan mampu mengusir ratusan ribu pasukan romawi dari Mu’tah. Ja’far merupakan sahabat yang memiliki kapasitas kelas kakap, kemampuan bernegosiasi di hadapan Raja Najasyi berhasil mengamankan puluhan umat Islam di Ethiopia. Saat berduel dengan ped...

Jaminan Dewasa bukan Usia

Masalah dewasa selalu menjadi persoalan di tengah kebingungan orang menentukan standar apa yang harus dipahami. Soal standar dewasa ini memang sangat relatif. Sulit mencari sudut pandang yang objektif, sebab ukuran dewasa seseorang sangat banyak pertimbangannya. Melihat dari sudut satu tidak menutup perbedaan yang terbentang dari sudut pandang satunya. Belum lagi dilihat dari banyak ilmu yang berbicara tentang seperti apa dewasa sebenarnya. Bahkan saat kita mengatakan “masyarakat indonesia belum terlalu dewasa menyikapi masalah” , justru pernyataan itu akan berbalik. Dewasa kah orang yang mengatakan masyarakat belum dewasa? Dalam mata hukum misalnya, secara umum  batas usia seorang dewasa adalah 21 tahun. Tapi dalam undang-undang lainnya menentukan batas usia yang berbeda dalam memandang kedewasaan. Menurut sebagian ahli menyebut batas awal dewasa adalah usia 18 tahun. Sedangkan hukum Islam menyebut seorang baligh adalah dengan ihtilam, tumbuhnya rambut kemaluan dan usia t...

Perempuan Menutup Aurat atau Lelaki Menahan Nafsu?

Polemik patriarki selalu jadi tema pembahasan para feminism. Ada sudut pandang lain yang menurut mereka lelaki terlalu spesial dari perempuan.  Salah satunya soal perintah perempuan harus menutup aurat, lalu dihubungkan dengan soal tindakan kriminal, pemerkosaan dan menjaga kehormatan. Feminism melihat bukan soal perempuan yang harus menutup aurat, tapi lelakilah yang harus menahan nafsu. Dari sinilah perseteruan dimulai! Menurut saya, tidak ada polemik yang perlu diperpanjang, entah siapa yang memulai, tapi pembahasan ini seharusnya selesai sejak kedua titah itu dituliskan. Jika dilanjutkan, akhirnya muncul ribuan pertanyaan. Kenapa perempuan harus bertanggung jawab atas nafsu lelaki? Kenapa perempuan yang harus jaga diri dari lelaki, bukan sebaliknya? Dari pihak lain akan bertanya juga dengan konteksnya.  Menutup aurat itu kewajiban bagi perempuan, begitu juga menahan nafsu wajib bagi lelaki. Ego masing-masing yang membuat perdebatan ini tidak ada endingnya. Ada satu perspek...