Menjadi seorang yang mulia adalah keniscayaan. Setiap manusia ingin menjadi sosok mulia atau dimuliakan. Hanya pada praktiknya mereka lupa, bahwa jalan kemuliaan itu tidak semudah membalikan telak tangan. Rasulullah ditempa sejak kecil hingga akhir hayatnya sehingga disebut sebagai seorang yang mulia di hadapan makhluk seluruh alam. Begitu juga pejuang-pejuang lainnya.
Termasuk kita memuliakan orang-orang yang dicintai. Ketika cinta yang berbicara, maka hati yang menggerakan seluruh badan. Cinta suci adalah cara kita memuliakan mereka. Misalnya kita cinta orang tua, yang kita lakukan adalah hal-hal mulia buat mereka. Menghajikannya, mendoakannya, berakhlak baik. Ketika kita cinta terhadap seorang perempuan, maka bukti cinta itu adalah hal-hal yang membuatnya mulia dihadapan kita dan Tuhannya. Bukan hal sebaliknya.
Begitulah cinta suci membawa pada kemuliaan. Cinta suci adalah ketaatan. Ketika seorang laki-laki dihadapkan dengan seorang perempuan. Memujanya, mengikuti semua ajakannya belum tentu memuliakan perempuan. Karena bisa jadi yang dilakukan adalah memuliakan keinginannya, bukan memuliakan dirinya sebagai seorang hamba.
Seperti yang dihadapkan kepada Umar bin Abdul Aziz. Ketika dia menginginkan kemuliaan itu hadir dengan memerintahkan istrinya untuk mengembalikan perhiasannya kepada negara. Itulah cinta sesungguhnya. Sehingga jelas kemuliaan adalah cinta itu sendiri. Hanya saja dari sudut mana kita memandang cinta, dan akan lahir perilaku yang sebenarnya memanggil kemuliaan.
Komentar
Posting Komentar