Langsung ke konten utama

NASEHAT BUYA HAMKA:  MENGENAI NILAI-NILAI BERDAKWAH


Dakwah itu membina, bukan menghina.
Dakwah itu mendidik, bukan 'membidik'
Dakwah itu mengobati, bukan melukai.
Dakwah itu mengukuhkan, bukan meruntuhkan.
Dakwah itu saling menguatkan, bukan saling melemahkan.
Dakwah itu mengajak, bukan mengejek.
Dakwah itu menyejukkan, bukan memojokkan.
Dakwah itu mengajar, bukan menghajar.
Dakwah itu saling belajar, bukan saling bertengkar.
Dakwah itu menasehati, bukan mencaci maki.
Dakwah itu merangkul, bukan memukul.
Dakwah itu ngajak bersabar, bukan ngajak mencakar.
Dakwah itu argumentative, bukan provokatif.
Dakwah itu bergerak cepat, bukan sibuk berdebat.
Dakwah itu realistis, bukan fantastis.
Dakwah itu mencerdaskan, bukan membodohkan.
Dakwah itu menawarkan solusi, bukan mengumbar janji.
Dakwah itu berlomba dalam kebaikan, bukan berlomba saling menjatuhkan.
Dakwah itu menghadapi masyarakat, bukan membelakangi masyarakat.
Dakwah itu memperbarui masyarakat, bukan membuat masyarakat baru.
Dakwah itu mengatasi keadaan, bukan meratapi kenyataan.
Dakwah itu pandai memikat, bukan mahir mengumpat.
Dakwah itu menebar kebaikan, bukan mengorek kesalahan.
Dakwah itu menutup aib dan memperbaikinya, bukan mencari-cari aib dan menyebarkannya.
Dakwah itu menghargai perbedaan, bukan memonopoli kebenaran.
Dakwah itu mendukung semua program kebaikan, bukan memunculkan keraguan.
Dakwah itu memberi senyum manis, bukan menjatuhkan vonis.
Dakwah itu berletih-letih menanggung problema umat, bukan meletihkan umat.
Dakwah itu menyatukan kekuatan, bukan memecah belah barisan.
Dakwah itu kompak dalam perbedaan, bukan ribut mengklaim kebenaran.
Dakwah itu siap menghadapi musuh, bukan selalu mencari musuh.
Dakwah itu mencari teman, bukan mencari lawan.
Dakwah itu melawan kesesatan, bukan mengotak atik kebenaran.
Dakwah itu asyik dalam kebersamaan, bukan bangga dengan kesendirian.
Dakwah itu menampung semua lapisan, bukan memecah belah persatuan.
Dakwah itu kita mengatakan: "aku cinta kamu", bukan "aku benci kamu"
Dakwah itu kita mengatakan: "Mari bersama kami" bukan "Kamu harus ikut kami".
Dakwah itu "Biaya Sendiri" bukan "Dibeayai/Disponsori"
Dakwah itu "Habis berapa ?" bukan "Dapat berapa ?"
Dakwah itu "Memanggil/Mendatangi"  bukan "Dipanggil/Panggilan"
Dakwah itu "Saling Islah" bukan "Saling Salah"
Dakwah itu di masjid, di sekolah, di pasar, di kantor, di parlemen, di jalanan, hingga dimana saja, bukan hanya di pengajian.
Dakwah itu dengan "Cara Nabi" bukan dengan "Cara Sendiri".             

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yahya Sinwar dan Naluri Kepahlawanan Ja’far bin Abi Thalib

  Ja’far bin Abi Thalib turun ke medan perang dengan keberanian, meski ada pesan tak biasa dari Nabi Muhammad bagi pasukan Mu’tah. Zaid bin Haritsah wafat, Ja’far langsung mengamankan panji Islam, tanda Islam tidak tunduk pada banyaknya pasukan Romawi. Tangan kanannya terputus, Ja’far hanya peduli pada panji Islam agar terus berkibar. Kibaran panji Islam bukan soal simbol belaka, ada kobaran semangat yang akan mendorong tiga ribu umat Islam yang berjibaku. Giliran tangan kiri Ja’far yang ditebas, sisa tangannya bersusah payah menarik kembali panji Islam agar tetap berkibar. Ja’far wafat dalam kondisi yang mengenaskan, panji dilanjutkan oleh Ibnu Rawahah dan berujung kematian juga untu dirinya. Khalid bin Walid hadir memberi angina segar dan mampu mengusir ratusan ribu pasukan romawi dari Mu’tah. Ja’far merupakan sahabat yang memiliki kapasitas kelas kakap, kemampuan bernegosiasi di hadapan Raja Najasyi berhasil mengamankan puluhan umat Islam di Ethiopia. Saat berduel dengan ped...

Jaminan Dewasa bukan Usia

Masalah dewasa selalu menjadi persoalan di tengah kebingungan orang menentukan standar apa yang harus dipahami. Soal standar dewasa ini memang sangat relatif. Sulit mencari sudut pandang yang objektif, sebab ukuran dewasa seseorang sangat banyak pertimbangannya. Melihat dari sudut satu tidak menutup perbedaan yang terbentang dari sudut pandang satunya. Belum lagi dilihat dari banyak ilmu yang berbicara tentang seperti apa dewasa sebenarnya. Bahkan saat kita mengatakan “masyarakat indonesia belum terlalu dewasa menyikapi masalah” , justru pernyataan itu akan berbalik. Dewasa kah orang yang mengatakan masyarakat belum dewasa? Dalam mata hukum misalnya, secara umum  batas usia seorang dewasa adalah 21 tahun. Tapi dalam undang-undang lainnya menentukan batas usia yang berbeda dalam memandang kedewasaan. Menurut sebagian ahli menyebut batas awal dewasa adalah usia 18 tahun. Sedangkan hukum Islam menyebut seorang baligh adalah dengan ihtilam, tumbuhnya rambut kemaluan dan usia t...

Perempuan Menutup Aurat atau Lelaki Menahan Nafsu?

Polemik patriarki selalu jadi tema pembahasan para feminism. Ada sudut pandang lain yang menurut mereka lelaki terlalu spesial dari perempuan.  Salah satunya soal perintah perempuan harus menutup aurat, lalu dihubungkan dengan soal tindakan kriminal, pemerkosaan dan menjaga kehormatan. Feminism melihat bukan soal perempuan yang harus menutup aurat, tapi lelakilah yang harus menahan nafsu. Dari sinilah perseteruan dimulai! Menurut saya, tidak ada polemik yang perlu diperpanjang, entah siapa yang memulai, tapi pembahasan ini seharusnya selesai sejak kedua titah itu dituliskan. Jika dilanjutkan, akhirnya muncul ribuan pertanyaan. Kenapa perempuan harus bertanggung jawab atas nafsu lelaki? Kenapa perempuan yang harus jaga diri dari lelaki, bukan sebaliknya? Dari pihak lain akan bertanya juga dengan konteksnya.  Menutup aurat itu kewajiban bagi perempuan, begitu juga menahan nafsu wajib bagi lelaki. Ego masing-masing yang membuat perdebatan ini tidak ada endingnya. Ada satu perspek...