Langsung ke konten utama

Nasehat Kebangkitan

"Sesungguhnya kami adalah kaum yang rendah. Namun Allah meninggikan kami dengan Islam. Siapa diantara kami menuntut ketinggian tanpa dasar yang telah ditinggikan oleh Allah, niscaya Allah akan merendahkan kita" ~Umar Al-Faruq~

Beberapa pertemuan yang pernah saya hadiri memang menginspirasi. Tapi tak sedikit yang membuat kecemasan. Diantaranya adalah perihal kajian yang isinya hanya tentang kerusakan yang kita alami sekarang. Seakan pikiran kita dipenuhi dengan rasa pesimis. Tidak ada lagi kesempatan kita untuk bangkit. Jika yang dibicarakan benar adanya, lantas kita terus menyalahkan kondisi, maka kita akan terkurung dalam kemunduran dalam hal apapun.

Setidaknya kita harus mulai melihat dunia yang terang dengan lampu pada abad 10 M sedang Eropa harus tidur dalam sebuah gubuk tanpa jendela dengan pintu yang tidak rapat. Sama sekali jauh dari rasa aman. Kita harus menggambarkan kemegahan bangunan-bangunan di Granada saat Eropa hidup dipinggiran rawa yang busuk dan tak terawat. Kita juga harus mulai membayangkan kemegahan Baghdad, saat Eropa hanya dipenuhi hutan belantara dan mereka hidup di dalamnya. Bayangkan begitu amannya negeri muslim dulu, disaat Eropa yang harus tidur dengan senjata di atas kepalanya karena kejahatan bisa terjadi dimana-mana.

Inilah langkah yang harus dilakukan saat melihat keadaan hati mulai rapuh, skill individu mulai hilang dan harapan mulai tenggelam. Buang rasa pesimis di malam hari, dan hadapi pagi dengan optimis. Bahwa peradaban islam dulu sangat cemerlang, menyinari seluruh dunia. Eropa yang isinya hanya sampah tak berharga, mulai merangkak naik dengan keilmuan yang disebarkan dengan penuh keikhlasan. Arab sebelum islam (baca : Jahiliyah) yang bisa dikatakan lebih baik dalam beberapa perilakunya sekalipun masih membutuhkan islam untuk menyempurnakannya.

Barulah kita mulai kepada langkah selanjutnya, yaitu menguatkan pondasi keimanan dan ukhuwah antar sesama, lalu mulai memanfaatkan alam untuk dijadikan alat yang bermanfaat untuk kesejahteraan manusia. Mulai menyusun strategi untuk kembali kepada zaman cemerlang yang baru saja kita hayalkan. Siapkan tenaga pasukan yang ikhlas, yang akan berjuang demi agama Tuhannya dan kehidupan rakyatnya.

Dan jangan pernah lupakan interaksi utama kepada Rabbul 'Izzati. Kewajiban yang akan melindungi dua unsur peradabannya lainnya manusia dan alam jika merujuk definisi Malik bin Nabi. Hubungan yang tidak boleh hilang karena uang apalagi dibuang begitu saja. Interaksi yang selalu dianggap berat (dalam praktiknya) tapi akan memudahkan lajur peradaban kedepannya.

Barulah kita mulai beranjak kepada hukum timbal-balik antara manusia dan alam. Alam tidak membunuh manusia karena keinginannya kecuali manusia sendiri yang merusaknya dan taqdir Allah. Kita akan berinteraksi dengan keluhuran ilmu yang sejak dulu diwariskan. Dan mulai melahirkan teori anyar untuk memenuhi kebutuhan kita sendiri sebagai manusia yang berkemajuan. Temuan alat, mengembangkan temuan, upgrading yang kedaluarsa diantara yang akan kita isi dalam interaksi ini.

Keduanya (manusia dan alam) saling memberi manfaat, melahirkan mutualisme satu dan lainnya. Dan akan terlaksana setelah keduanya melakukan kewajiban dengan tidak melanggar hak lainnya. Biarkan hutan tumbuh mejadi paru-paru dunia manusiapun menghirup O2 dari hasilnya.

Dan lahirlah sebuah interaksi yang intens dengan Allah, dan interaksi vertikal (arah bawah) kepada alam. Jika dipetakan manusia berada di tengah sebagai penentu sebuah kebangkitan, pembangun peradaban yang sesungguhnya. Laysa muhalun, nothing is impossible Peradaban Islam akan lahir kembali sebagai sebenar-benarnya peradaban. Sembari mengingat ayat Allah "وتلك الايام نداولها بين الناس"

Siklus interaksi yang harus terus berkaitan peradaban sudah terbentuk adalah bukti keistiqamahan manusia menjadi ujian harus dilewati. Karena ketiganya tidak bisa dilepaskan begitu saja. Lihatlah Eropa dengan peradaban baratnya, apakah seperti itu acuan peradaban yang benar? mereka sudah sampai pada satu titik interkasi dengan sempurna, yaitu antara manusia dan alam. Mereka menguasai teknologi, berkemajuan dalam peralatan dan mengembangkan temuan yang penemunya adalah seorang muslim. Sedang dari sisi interaksi dengan Allah sangat nihil. Hingga peradaban mereka nonsense, omong kosong belaka. 3 serangkai yang harus berkomunikasi dengan baik terpotong oleh nafsu syahwat dan ego yang kuat. Mereka tuhankan patung-patung, lahirkan undang-undang melanggar syariat. Jauh dari kata beradabab, faktanya mereka lebih
beradab.

Melihat kehebatan peradaban kita dulu dan Eropa yang jauh dari kata beradab. Rasanya kita semakin dekat pada kebangkitan, peradaban semakin mungkin untuk digapai. Tetap jaga keimanan sebagai wujud interaksi kepada Allah, sebarkan salam ukhuwah kepada seluruh manusia di muka bumi, karena dakwah kita berbatas negara bahkan benua. Dan mari kita bercengkrama dengan Alam, memahaminya dengan menjaga dan teori timbal-balik.

Kebangkitan itu benar-benar dekat dengan optimis kita, optimis yang melahirkan pada keteguhan iman, dan tidak melarutkan kita pada kerusakan sekarang.



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yahya Sinwar dan Naluri Kepahlawanan Ja’far bin Abi Thalib

  Ja’far bin Abi Thalib turun ke medan perang dengan keberanian, meski ada pesan tak biasa dari Nabi Muhammad bagi pasukan Mu’tah. Zaid bin Haritsah wafat, Ja’far langsung mengamankan panji Islam, tanda Islam tidak tunduk pada banyaknya pasukan Romawi. Tangan kanannya terputus, Ja’far hanya peduli pada panji Islam agar terus berkibar. Kibaran panji Islam bukan soal simbol belaka, ada kobaran semangat yang akan mendorong tiga ribu umat Islam yang berjibaku. Giliran tangan kiri Ja’far yang ditebas, sisa tangannya bersusah payah menarik kembali panji Islam agar tetap berkibar. Ja’far wafat dalam kondisi yang mengenaskan, panji dilanjutkan oleh Ibnu Rawahah dan berujung kematian juga untu dirinya. Khalid bin Walid hadir memberi angina segar dan mampu mengusir ratusan ribu pasukan romawi dari Mu’tah. Ja’far merupakan sahabat yang memiliki kapasitas kelas kakap, kemampuan bernegosiasi di hadapan Raja Najasyi berhasil mengamankan puluhan umat Islam di Ethiopia. Saat berduel dengan ped...

Jaminan Dewasa bukan Usia

Masalah dewasa selalu menjadi persoalan di tengah kebingungan orang menentukan standar apa yang harus dipahami. Soal standar dewasa ini memang sangat relatif. Sulit mencari sudut pandang yang objektif, sebab ukuran dewasa seseorang sangat banyak pertimbangannya. Melihat dari sudut satu tidak menutup perbedaan yang terbentang dari sudut pandang satunya. Belum lagi dilihat dari banyak ilmu yang berbicara tentang seperti apa dewasa sebenarnya. Bahkan saat kita mengatakan “masyarakat indonesia belum terlalu dewasa menyikapi masalah” , justru pernyataan itu akan berbalik. Dewasa kah orang yang mengatakan masyarakat belum dewasa? Dalam mata hukum misalnya, secara umum  batas usia seorang dewasa adalah 21 tahun. Tapi dalam undang-undang lainnya menentukan batas usia yang berbeda dalam memandang kedewasaan. Menurut sebagian ahli menyebut batas awal dewasa adalah usia 18 tahun. Sedangkan hukum Islam menyebut seorang baligh adalah dengan ihtilam, tumbuhnya rambut kemaluan dan usia t...

Perempuan Menutup Aurat atau Lelaki Menahan Nafsu?

Polemik patriarki selalu jadi tema pembahasan para feminism. Ada sudut pandang lain yang menurut mereka lelaki terlalu spesial dari perempuan.  Salah satunya soal perintah perempuan harus menutup aurat, lalu dihubungkan dengan soal tindakan kriminal, pemerkosaan dan menjaga kehormatan. Feminism melihat bukan soal perempuan yang harus menutup aurat, tapi lelakilah yang harus menahan nafsu. Dari sinilah perseteruan dimulai! Menurut saya, tidak ada polemik yang perlu diperpanjang, entah siapa yang memulai, tapi pembahasan ini seharusnya selesai sejak kedua titah itu dituliskan. Jika dilanjutkan, akhirnya muncul ribuan pertanyaan. Kenapa perempuan harus bertanggung jawab atas nafsu lelaki? Kenapa perempuan yang harus jaga diri dari lelaki, bukan sebaliknya? Dari pihak lain akan bertanya juga dengan konteksnya.  Menutup aurat itu kewajiban bagi perempuan, begitu juga menahan nafsu wajib bagi lelaki. Ego masing-masing yang membuat perdebatan ini tidak ada endingnya. Ada satu perspek...