"Ibarat keadaan ~identitas yang luntur~ itu mulai mencari pegangan, maka tetaplah menyebar kebaikan hingga kita berikan pegangan terbaik yang erat dan bernilai" @azharrijal
Termasuk Indonesia sebagai bangsa yang lama terjajah (hingga 3 abad lebih). Hingga 71 tahun merdeka masyarakat seperti linglung kemana arah hidup mereka. Disamping negara yang justru menjadi kacung asing, identitas masyarakat kini mulai dipertanyakan. Seakan identitas sebuah ideologi bisa dibeli dengan seperangkat SEMBAKO. Keyakinan menjadi sangat murah untuk dibangga-banggakan. Mungkin mereka berpikir "lebih baik mati tanpa identitas dari pada kelaparan".
Keresahan masyarakat Indonesia semakin lengkap dengan dimunculkan isu-isu yang seharusnya tidak perlu dimunculkan di media-media mainstream. Bentrok antar suku dan kegagalan agama terus saja digemborkan sebagai biang pertikaian antar kita. Disaat yang sama kita sedang direnggut dari berbagai hal yang bisa kita pegang.
Keadaan kita yang jauh dari kata merdeka semakin parah dengan murahnya harga diri. Ibarat masyarakat Indonesia sekarang seperti akan tenggelam di tengah lautan. Sedang negara sebagai perahunya sudah tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menonton hingga akhirnya tenggelam. Lalu kita yang mulai akan tenggelam terus mencari apapun yang bisa kita pegang erat. Ada pohon pisang yang mengambang lalu dirangkulnya, ada rerumputa dirangkulnya pula, apapun itu akan menjadi pegangan orang-orang yang mulai tenggelam.
Disinilah sebuah identitas berpikir dipertanyakan. Tidakah kita pernah berpikir untuk "mencegah dari pada mengobati". Tidakah kita mulai mengejarkan anak-anak untuk memegang erat keyakinan yang utuh kepada yang Maha Esa. Sehingga saat kita akan tenggelam, kita akan tenggelam dengan tenang bersama identitas kita yang benar dihadapanNya.
Lanjutkan dakwah !
Dakwah yang tak kekang oleh zaman dan rintangan memang benar adanya. Bagaimanapun keadaannya kebaikan harus disampaikan, ajakan kepada PANCASILA sila ke-1 harus tetap digalakan. Dengan harapan ketika masyarakat mulai bingung mencari pegangan, maka kita sudah siap mengajaknya kepada "Ketuhanan Yang Maha Esa". Dan inilah sebuah kesempatan yang jika kita lengah maka "identitas yang luntur" itu akan menjadi milik kerakusan dan kezaliman.
Selanjutnya adalah pencegahan melalui perawatan perahu yang sedang kita tumpangi. Jangan biarkan awak perahu lain ikut menyetir perahu kita, karena mereka tidak pernah tahu kemana arah kita berlayar. Terus dampingi nahkoda negeri ini, tidak ada perebutan kekuasaan. Kita awasi pemerintahan untuk sebuah keyakinan yang nantinya akan dipertanggung jawabkan.
Tetap bergerak meski tertekan. Langkahkan kaki meskipun sedikit. Karena kita tidak pernah tahu kapan identitas mereka bahkan kita sendiri mulai luntur. Menjaga dakwah ini stagnan dan istiqomah, tapi kualitasnya tetap ditingkatkan mengikuti kebutuhan zaman. Bukan semata milik individu, tapi suatu saat perjalanan ini akan digerakan oleh kebersamaan meski tidak saling mengenal, merangkak meski selangkah seabad tapi bernilai dihadapanNya karena sebuah niat.
Komentar
Posting Komentar