يا ايها الذين امنوا قوا انفسكم واهليكم النار ... (Attahrim : 6)
Ayat di atas akan menjadi perbincangan besar bagi orang tua yang sadar akan kehidupan di akhirat kelak. Lalu muncul pertanyaan bagaimana kita mengamalkan ayat ini ? Bagaimana menyelamatkan keluarga dan anak dari api neraka ? Bagaimana menjaganya ? Mungkin kita berpengalaman menjaga motor atau mobil, tapi bagaima mengurus diri kita, keluarga dan manusia umumnya ?
Merujuk kepada beberapa ceramah Dr. Adian Husaini, kunci dari menyelematkan manusia di dunia maupun akhirat adalah adab lalu ilmu. Selaras dengan perkataan Imam Malik “belajarlah adab sebelum ilmu”. Ibnu Mubarak juga menyampaikan agar lebih dulu memperdalam adab dan ilmu. Bahkan beliau 30 tahun memperdalam adab lalu 20 tahun mencari ilmu.
Tidak ada maksud menafikan ilmu, tapi perhitungan ini sudah sangat matang dan berdasarkan empiris. Ilmu harus dibarengi dengan kematangan adab, sebagaimana penelitian sains serta hipotesanya tidak boleh menyalahi hakikat Alquran. Pendidikan yang ada memiliki tujuan mulia untuk perbaikan dan kesejahteraan umat. Tapi muncul pelaku kejahatan bergelar sarjana, korupsi berpangkat tinggi dan doktor yang menyalahgunakan ilmunya. Bukan karena ilmu yang membuka lahan kejahatan, tapi bagaimana sikap kita agar lebih beradab menanggapi ilmu dan praktiknya dalam realita hidup.
Atas dasar ini pendidikan yang bermutu berbasiskan adab dan ilmu menjadi puncak harapan orang tua yang ingin menyelamatkan keluarganya, lebih khusus anaknya. Sekolah yang membina anak didiknya untuk bersikap dan berjuang mencetak ilmuwan. Sehingga muncul ilmuwan-ilmuwan islami dan melahirkan tesis-tesis yang bermanfaat untuk kehidupan dan tidak bertentangan dengan Alquran.
Ayo ke pesantren ...
Ketika krisis adab melanda dunia pendidikan dan masalah yang fundamental belum terselesaikan maka pondok pesantren menjadi jawaban. Sebenarnya ini bukan hal baru, karena pesantren sudah sejak lama menjadi tempat berkumpul orang yang berjuang untuk agama dan negara. Sebut saja Gontor yang hampir mendekati satu abad dan Sidogiri yang sudah lebih dulu berkecimbung dalam hal ini.
Intinya pesantren menawarkan pendidikan yang diharapkan, pendidikan yang akan menlahirkan hakikat pendidikan itu sendiri. Karena selama ini pendidikan mulai tercoreng oleh perilaku orang-orang berilmu yang bertingkah nyeleweng dari tujuan pendidikan. Sehingga pesantren tidak hanya menyelamatkan anak dari bahaya pemikiran dan perilaku yang tidak berkenan tapi mengangkat nama pendidikan untuk mencapai tujuan yang sebenarnya.
Oleh karenanya, pesantren mulai kembali menunjukan taringnya dan mengangkat dahinya. Dengan esensi ilmu kepesantrenan yang berisikan adab dan ilmu syar’i ditambah ilmu sains dengan harapan mampu berperan di dunia modern yang serba canggih, pesantren akan menjadi jawaban atas pertanyaan sebelumnya.
Selain dunia pendidikan, islam juga akan semakin terlihat eksistensinya. Muslim akan mulai menjadi penggerak dan pembaharu dalam kehidupan bermasyarakat tidak hanya menjadi penonton dan penikmat. Penemuan baru dan teori-teori akan dipelopori oleh ilmuwan muslim. Ilmuwan beradab yang akan membangun peradaban untuk kesejahteraan rakyat tanpa memandang bangsa, suku dan ras.
Oyi gan..mantep bener dah postingan ente.
BalasHapusMemang sulit menanamkan pendidikan keislaman kpd anak2 atau keluarga. Krn begitu banyaknya problema yg dihadapi muslim saat ini, apalagi sekarang kita memasuki era teknologi. (Gadget).
Tapi belajar dari rasul saw, kita akan dg mudah mengatasi problema tsb.
#BlogWalking
Thanks gan kunjungannya, semoga kita bisa merealisasikannya lewat pendidikan atau lainnya (y)
Hapus