Sebab lain pertarungan politik penghabisan (islam) adalah menyempitnya pemahaman ibadah. Para pemimpin dan muslimin mulai memandang bahwa ibadah hanya ada di seputar masjid, Alquran dan sajadah. Sedang agenda besar umat yang menjadi penyangga agama dilupakan ; politik, ekonomi, tata negara dan pengembangan keilmuan tidak lagi dianggap ibadah.
Musnah sudah ruh islam dalam aktivitas politik para penguasa. Warga tidak lagi peduli dengan pengawasan terhadap penguasa dan tidak lagi saling menasihati. Alih-alih menasihati justru begerak tanpa kaidah islam yang sejak dulu diajarkan.
Aliran akidah yang menyimpang semakin subur hingga memboroskan energi umat yang seharusnya difokuskan untuk menara dunia ini. Banyak muslim tenggelam dalam dzikir yang berlebihan sehingga melupakan ekonomi dan institusi negara. Lembaga-lembaga yang memiliki kekuatan dan kebijakan hanya dipegang oleh budak perut dan materi.
Keilmuan dan pintu ijtihad yang selama ini menjadi mata air peradaban kelimuan umat menjadi tertutup rapat. Setiap ulama berijtihad dianggap melakukan dosa besar. Bahkan mereka yang jumud mengangga ijtihad itu kafir. Ulama-ulama yang berijtihad terhempas dengan tuduhan-tuduhan yang sangat berat.
Krisis ilmu dan kebekuan pikiran yang membuat pergerakan semakin kaku kini terus diwariskan. Padahal, bagi seorang muslim, mengungkapkan ide adalah tanggung kawav dan kewajiban. Bahkan. Kebebasan berpikir justru prinsip yang diajarkan dalam Alquran.
Belum lagi keadaan muslim yang dilanda pemikiran barat yang serba pragmatis dan materialis. Dan sekularismenya mulai mengikis sendi-sendi keislaman. Keadaan yang tertekan membuat umat latah dalam segala aspek. Politik, ekonomi, pemerintahan, militer dijauhkan dari kehidupan. Yang ada hanya dua opsi diam di mesjid atau lupakan islam dalam hal duniawi.
Dunia ini semakin rancu dengan keegoisan dan kesombongan antar saudara. Perpecahan dan peperangan tidak bisa dihindari. Kita berseteru satu sama lain dan negara adikuasa bertepuk tangan dengan senyum sinis.
Ahh... sudahlah...
Komentar
Posting Komentar