Oh... cinta...
Kemana kau pergi dari benakku
Relakah ketidakwarasan ini tumbuh di tempatmu dulu
Sekadar manuskrippun sulit ku temukan
Kembalilah, mengantar ku pada jalanNya
Mungkin cinta sudah tidak mencinta
Hingga ku temukan banyak kerusakan
Oh... cinta...
Menangislah jika itu perlu
Sedikitpun tidak kau butuhkan manusia
Justru sebaliknya
Tapi kau tetap menangis dengan kesusahan manusia
Sebodoh itukah kita hingga melupakan si cinta
Oh... cinta...
Kau tunjuki jalan bersama umat manusia
Tidak ada stratifikasi ala barat, apa komunis
Kau satukan hubungan darah yang terpisah
Kegamangan suku, ras dan agama sudah lebih dulu sebelum HAM
Entahlah kurangnya apa...
Oh... cinta...
Kau aku lukai tanpa ampun
Dunia sudah lupa esensi cinta kemana
Jasamu berguna tapi isinya terhina
Kalaulah boleh cinta ingin berkata :
"Wahai umat manusia siapalah kita kecuali 'abid dari sang pencipta"
Tidak, tidak... cinta itu milik kita
Cinta tak berjasa tapi manusia yang mencipta
"Bohong, kau pendusta ! Jangan sekali-kali kau gunakan cinta" balas si cinta
Oh... cinta...
Jangan marah, lebih dari tiga hari
Biar ku obati dan tak pernah ku ulangi
Kembalikan romantika cinta yang dulu kau tanam
Biar ku tuai seperti pertama kali kita bersua
Nyatanya dinamika akan tetap ada menggerogoti kedamaian
Oh... cinta...
Ampuni kebodohan manusia yang sejak dulu merusak
Kasihi mereka yang sangat butuh dengan rahmat
Hadirmu akan mengembalikan ketaatanku padaNya
Tolong,, bergegaslah kembali ke tempatmu dulu
Meski berat hati, kau sadar cinta harus memenuhi relung hati
Oh... cinta
Bantu kami mencintai Maha cinta
Maha cinta yang memberi cinta saat cinta pergi
Kebingungan ini akan hilang dengan cintanya Maha Cinta.
Ja’far bin Abi Thalib turun ke medan perang dengan keberanian, meski ada pesan tak biasa dari Nabi Muhammad bagi pasukan Mu’tah. Zaid bin Haritsah wafat, Ja’far langsung mengamankan panji Islam, tanda Islam tidak tunduk pada banyaknya pasukan Romawi. Tangan kanannya terputus, Ja’far hanya peduli pada panji Islam agar terus berkibar. Kibaran panji Islam bukan soal simbol belaka, ada kobaran semangat yang akan mendorong tiga ribu umat Islam yang berjibaku. Giliran tangan kiri Ja’far yang ditebas, sisa tangannya bersusah payah menarik kembali panji Islam agar tetap berkibar. Ja’far wafat dalam kondisi yang mengenaskan, panji dilanjutkan oleh Ibnu Rawahah dan berujung kematian juga untu dirinya. Khalid bin Walid hadir memberi angina segar dan mampu mengusir ratusan ribu pasukan romawi dari Mu’tah. Ja’far merupakan sahabat yang memiliki kapasitas kelas kakap, kemampuan bernegosiasi di hadapan Raja Najasyi berhasil mengamankan puluhan umat Islam di Ethiopia. Saat berduel dengan ped...
Komentar
Posting Komentar