Dakwah itu mengajak bukan menghakimi. Untuk mengajak kita butuh modal, rasa, keyakinan dan optimis. Karena tidak semua orang diajak rela berhijrah meninggalkan apa yang dimilikinya. Tidak semua yang diajak gratisan. Di zaman yang pragmatis ini ajakan harus selalu dengan tawaran. Tawaran sebagai timbal balik atau pengganti kehidupannya yang punah ditinggal ajakan. Tawaran berupa berupa pengetahuan akan kesalahan yang selama ini dilakukan. Tapi tidak selamanya begitu, karena hidayah hanya di tangan Allah. Mereka akan kembali kepada kebaikan tanpa pamrih, tanpa tawaran dan ajakan, tanpa meminta timbal balik. Begitulah dakwah.
Maka muslim da’i ilallah haru selalu menyiapkan tawaran yang menarik bagi objek dakwah. Bukan berarti dakwah ini mata duitan, tapi kita butuh modal untuk mengajak, butuh kesiapan untuk merangkul, butuh pengertian untuk menarik mereka. Karenanya tidak semua lancar melakukannya. Mereka berdakwah sampai berlumuran darah, meneteskan air mata, relakan harta tahta tapi ternyata tawaran itu masih ditolak. Tawaran seperti masih belum mengantar hidayah kepada hati mereka. Tapi sebagian ada yang tiba2 datang kepada Rasulullah untuk mengucap syahadat.
Dinamika dakwah tidak bisa manusia tebak. Hanya Allah yang memiliki kuncinya, hakNya untuk membuka dan tetap mengunci hati setiap insan. Karena dinamika inilah kita dituntut memiliki kesiapan untuk segala tawaran bagi objek dakwah. Segala sesuati bisa terjadi. Jangan terlalu berharap objek kita bisa cepat sadar akan hidayah Allah seperti assabiqunal awwalun sehingga melemehkan usaha kita, padahal yang dinilai adalah usahanya bukan hasil. Jangan juga menjadi pesimis karena sulitnya kita menyampaikan dakwah, karena manusia sekeras Umar juga akhirnya tunduk atas izin Allah. Allah hanya meminta kita untuk berusaha agar tetap ada dalam jalan kebaikan, sedangkan hasil biarlah Allah yang menentukan.
Atas dasar segala kebutuhan dakwah. Maka hidup kita akan penuh semangat, menjalaninya dengan penuh gairah. Bahkan posisi da'i yang tidak pernah ditentukan siapapun dia, membuat dakwah menjadi ladang amal bagi siapapun dan apapun posisi dia. Apakah dia supir, pedagang, penjaga masjid, mahasiswa hingga pesiden kedudukan mereka dalam posisi dakwah. Inilah yang saya maksuda semangat hidup dalam dakwah.
Sehingga apapun posisinya, persiapan untuk segala tawaran akan diajalaninya dengat semangat. Supir angkot bekerja dengan semangat karena dia akan mengantar orang lain bekerja untuk kebaikan, sekolah untuk pendidikan bahkan uang hasil angkotnya akan brguna untuk dakwah keluarganya. Seorang mahasiswa akan semangat belajarnya karena ilmu yang dipelajarinya apapun itu adalah yang sangat vital untuk berlangsungnya dakwah ini. Mereka tidak pikirkan berapa jam belajat, tapi hanya berpikir dalam bagian dakwah mana tema buku yng dibaca akan berguna sebagai tawaran. akan selalu seperti itu dakwah mengajak pola pikir manusia hingga tetap semangat dalam kondisi apapun.
Semangat dan usaha adalah nilai besar dalam dakwah. Jika pertandingan duniawi seperti ; pemenang sepak bola adalah yang memenangkan pertandingan, pemenang dalam balapan adalah yang finis pertama. Maka berbeda dengan dakwah pemenangnya tidak selalu yang berhasil mengajak mereka kepada jalan Allah. Tapi setiap yang berusaha di jalan Allah untuk berdakwah maka dia diakatakan pemenang, meskipun tidak sampai tujuan ganjaran tetap milik para da'i.
Proses. Ya, itulah intinya. Proses yang ciamik dan baik tanpa licik. Dengan hikmah, mau’izhah hasanah dan mujadalah. Belajar adalah prosesnya bagi mahasiswa sebagaimana partai politik mengumpulkan suara itulah prosesnya. Semua itu menuju dakwah, dakwah dan dakwah.
Proses. Ya, itulah intinya. Proses yang ciamik dan baik tanpa licik. Dengan hikmah, mau’izhah hasanah dan mujadalah. Belajar adalah prosesnya bagi mahasiswa sebagaimana partai politik mengumpulkan suara itulah prosesnya. Semua itu menuju dakwah, dakwah dan dakwah.
Dan akhirnya kita bisa merasakan bagaimana dakwah dengan prosesnya memanggil gelora semangat dalam diri kita. Ia seakan mengajak butiran semangat yang bercecer di kaki cepat lari menuju ke arah yabg lebih baik untuk bersama. Ia menidurkan rasa malas dan pesimis hidup kita. Ia seperti sedang berbicara “tidak ada yang percuma di dunia ini”. Supir, satpam, mahasiswa, presiden terlihat senyum dengan tugasnya masing2. Tidak ada keluh kesah dalam dakwah, yang kita temukan hanya spirit. Bahkan sekaliber keraguan akan terinjak dengan keyakinan janjiNya. Peluru, nuklir hanya sekelas mainan saja dengan rasa takut mati. THIS IS THE POWER OF DAKWAH.
Komentar
Posting Komentar