Langsung ke konten utama

Bungkamnya Media Atas Tuntutan Mahasiswa Sama dengan Menipu Rakyat

Artikel ini pernah diterbitkan di dakwatuna.com

Oleh:  Azharrijal
Salah satu fungsi media dimasa modern ini sebagai pembawa aspirasi rakyat. Sehingga yang jauh sekalipun bisa terekspos dan semua orang tahu. Lebih-lebih objek yang dituju, seperti: intoleran terjadi di ujung barat dan timur. Maka pemerintahan harus segera tahu dan menyelesaikan permasalahan yang ada.Tidak hanya itu, media juga sebagai jembatan antara rakyat dan pemerintahan begitu juga sebaliknya. Rakyat bisa menyampaikan aspirasi dan tuntutan kepada pemerintahan. Media juga sarana untuk kegiatan-kegiatan pemerintahan. Hasil rapat, perubahan UU, dsb. Hal-hal yang berkaitan dengan rakyat harus transparan sampai rakyat mengetahui.Tapi kini media dimanfaatkan pemerintahan untuk membungkam, menipu dan membodohi rakyat. Ke manapun Pak Jokowi blusukan tim dokumenter sudah siap. Lantas media memberitakan kegiatan tersebut dengan lelucon Jokowi merakyat. Seperti kunjunganJokowi ke TKP pembakaran hutan, media mengekspos secara berlebihan. Sedangkan kebakaran tetap lanjut karena kedatangan presiden tidak dengan solusi.It’s ok, Jokowi gunakan media untuk pencitraan nama baiknya. Parahnya media tidak mengekspos aksi ribuan mahasiswa yang menuntut rezim Jokowi-JK. Dari siang hingga malam dan longmarch ke Istiqlal media tutup mulut. Hingga akhirnya dini hari dibubarkan oleh aparat. Sudah berkali-kali media bungkam atas aksi tuntutan mahasiswa terhadap rezim Jokowi-JK.Di sini tidak ada keseimbangan dari media dalam menjalankan perannya. Apakah masasebesar itu kalian anggapberitabiasa saja? Apakahberitaaksi mahasiswa tuntut Jokowi-JK turun minim pembaca? Saya yakinreaderberita terkait aksi mahasiswa akan lebih banyak jika dipasangheadline news. Bahkan bisa menghasilkan banyak uang juga buat media. Apa karena bayaran dan kepentingan media lebih besar? Entahlah, yang jelas diamnya media seperti sedang menipu rakyat bahwa tidak terjadi apapun di hari peringatan Sumpah Pemuda dan setelah-setelahnya.Dengan slogan-slogan menarik yang seakan netral dan merakyat milik media. Pada kenyataannya itu bohong belaka. “Kebenaran itu tidak pernah memihak!” tapi mana berita tentang kebenaran yang terjadi di Jakarta? “Amanat Hati Nurani Rakyat” tapi aspirasi rakyat tidak diberitakan. Slogan hanya tinggal slogan dantersisa hampa.Mungkin benar jika Joseph Goebbels sebagai menteri khusus propaganda Adolf Hitler adalah orang yang lebih berpengaruh dari pada pemimpinnya. Hitler punya orasi, tapi Goebbels mampu menggerakkan dengan propagandanya. Apakah seperti itu juga di Indonesia?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yahya Sinwar dan Naluri Kepahlawanan Ja’far bin Abi Thalib

  Ja’far bin Abi Thalib turun ke medan perang dengan keberanian, meski ada pesan tak biasa dari Nabi Muhammad bagi pasukan Mu’tah. Zaid bin Haritsah wafat, Ja’far langsung mengamankan panji Islam, tanda Islam tidak tunduk pada banyaknya pasukan Romawi. Tangan kanannya terputus, Ja’far hanya peduli pada panji Islam agar terus berkibar. Kibaran panji Islam bukan soal simbol belaka, ada kobaran semangat yang akan mendorong tiga ribu umat Islam yang berjibaku. Giliran tangan kiri Ja’far yang ditebas, sisa tangannya bersusah payah menarik kembali panji Islam agar tetap berkibar. Ja’far wafat dalam kondisi yang mengenaskan, panji dilanjutkan oleh Ibnu Rawahah dan berujung kematian juga untu dirinya. Khalid bin Walid hadir memberi angina segar dan mampu mengusir ratusan ribu pasukan romawi dari Mu’tah. Ja’far merupakan sahabat yang memiliki kapasitas kelas kakap, kemampuan bernegosiasi di hadapan Raja Najasyi berhasil mengamankan puluhan umat Islam di Ethiopia. Saat berduel dengan ped...

Jaminan Dewasa bukan Usia

Masalah dewasa selalu menjadi persoalan di tengah kebingungan orang menentukan standar apa yang harus dipahami. Soal standar dewasa ini memang sangat relatif. Sulit mencari sudut pandang yang objektif, sebab ukuran dewasa seseorang sangat banyak pertimbangannya. Melihat dari sudut satu tidak menutup perbedaan yang terbentang dari sudut pandang satunya. Belum lagi dilihat dari banyak ilmu yang berbicara tentang seperti apa dewasa sebenarnya. Bahkan saat kita mengatakan “masyarakat indonesia belum terlalu dewasa menyikapi masalah” , justru pernyataan itu akan berbalik. Dewasa kah orang yang mengatakan masyarakat belum dewasa? Dalam mata hukum misalnya, secara umum  batas usia seorang dewasa adalah 21 tahun. Tapi dalam undang-undang lainnya menentukan batas usia yang berbeda dalam memandang kedewasaan. Menurut sebagian ahli menyebut batas awal dewasa adalah usia 18 tahun. Sedangkan hukum Islam menyebut seorang baligh adalah dengan ihtilam, tumbuhnya rambut kemaluan dan usia t...

Perempuan Menutup Aurat atau Lelaki Menahan Nafsu?

Polemik patriarki selalu jadi tema pembahasan para feminism. Ada sudut pandang lain yang menurut mereka lelaki terlalu spesial dari perempuan.  Salah satunya soal perintah perempuan harus menutup aurat, lalu dihubungkan dengan soal tindakan kriminal, pemerkosaan dan menjaga kehormatan. Feminism melihat bukan soal perempuan yang harus menutup aurat, tapi lelakilah yang harus menahan nafsu. Dari sinilah perseteruan dimulai! Menurut saya, tidak ada polemik yang perlu diperpanjang, entah siapa yang memulai, tapi pembahasan ini seharusnya selesai sejak kedua titah itu dituliskan. Jika dilanjutkan, akhirnya muncul ribuan pertanyaan. Kenapa perempuan harus bertanggung jawab atas nafsu lelaki? Kenapa perempuan yang harus jaga diri dari lelaki, bukan sebaliknya? Dari pihak lain akan bertanya juga dengan konteksnya.  Menutup aurat itu kewajiban bagi perempuan, begitu juga menahan nafsu wajib bagi lelaki. Ego masing-masing yang membuat perdebatan ini tidak ada endingnya. Ada satu perspek...