Langsung ke konten utama

Ramadhan Bulan Pembuktian Dan Persiapan


@dakwatuna oleh Azhar Rijal

Hanya tinggal menunggu hari, kita akan kedatangan tamu agung tahunan. Dialah Ramadhan. Bulan yang diagungkan oleh Allah dan Rasulnya. Bulan penuh rahmat, berkah dan ampunan. Bulan di mana kebaikan dilipat gandakan dan setan dibelenggu. Bulan di mana salah satu malamnya lailatul qadr yang lebih baik dari alfi syahrin.

Pada bulan ini banyak orang mengatakan sebagai ajang latihan untuk seluruh umat islam. Melatih bagaimana bangun 1/3 malam untuk melaksanakan sahur. Dan di bulan setelahnya kita qiyamul lail bermunajat kepada Allah. Melatih kita untuk menahan diri, walau secara zhahirnya menahan diri dari makan dan minum. Tapi esensinya tetap menahan diri kita dari nafsu syahwat, selalu sabar dan ikhlas.

Masih banyak lagi ibadah-ibadah yang menjadi keutamaan bulan suci Ramadhan dan menjadi ajang latihan bagi umat muslim sedunia untuk menghadapi 11 bulan setelahnya. Dan Allah Ta’ala akan membukakan pintu ampunan seluas-luasnya atas dosa-dosa para hamba-Nya pada bulan Ramadhan. Mungkin atas janji ini, muslim menjadi semangat beribadah dan akan mulai bangkit di bulan-bulan setelahnya.

Tapi ada juga yang mengatakan bahwa Ramadhan sebagai ajang pembuktian. Karena Ramadhan adalah bulan suci dan dilipatgandakan setiap amalannya. Maka 11 bulan sebelum Ramadhan sebagai persiapan kita menghadapi Ramadhan. Dan ketika Ramadhan datang maka itulah waktunya untuk menunjukkan dan membuktikan serta penilaian agar maksimal dalam segala ibadah. Karena di bulan-bulan sebelumnya sudah mempersiapkan untuk menghadapi bulan suci ini.

Tidak ada yang salah tentang kedua persepsi yang sering kita dengar di sekitar kita. Tapi sebagai umat pertengahan kita harus bisa adil menghadapi keadaan seperti ini. Karena bukan hanya tentang persepsi ini saja yang berbeda. Akan banyak hal-hal yang bertentangan setiap dirinya. Tapi kita mencoba mencari titik temu yang sama-sama tidak melanggar syar’i.

Karena bumi terus berputar pada porosnya. Dan bulan juga masih akan tetap mengitari bumi sampai datang hari kiamat. Maka bulan Ramadhan juga akan hadir terus setiap tahunnya begitu juga sebelas bulan lainnya.
Maka tidak ada salahnya jika kita mempersiapkan segalanya pada bulan-bulan sebelumnya untuk menghadapi Ramadhan seperti ; persiapan fisik, ilmu, ruh dan dana. Dan juga tetap berlatih diri di bulan Ramadhan semaksimal mungkin untuk menghadapi bulan-bulan setelanya. Agar kita bisa tetap bisa beribadah yang maksimal layaknya di bulan Ramadhan.

Dengan begitu kita akan tetap pada posisi ibadah yang maksimal sepanjang tahun. Karena itulah salah satu tujuan besar dari bulan Ramadhan. Agar muslim tetap ada pada tingkat kehambaan yang tinggi kepada Allah SWT. Semoga di bulan suci tahun ini kita semua mendapat rahmat, berkah dan maghfirahnya. Dan istiqamah beramal shalih walau tidak di bulan Ramadhan.

Wallahu a’lam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yahya Sinwar dan Naluri Kepahlawanan Ja’far bin Abi Thalib

  Ja’far bin Abi Thalib turun ke medan perang dengan keberanian, meski ada pesan tak biasa dari Nabi Muhammad bagi pasukan Mu’tah. Zaid bin Haritsah wafat, Ja’far langsung mengamankan panji Islam, tanda Islam tidak tunduk pada banyaknya pasukan Romawi. Tangan kanannya terputus, Ja’far hanya peduli pada panji Islam agar terus berkibar. Kibaran panji Islam bukan soal simbol belaka, ada kobaran semangat yang akan mendorong tiga ribu umat Islam yang berjibaku. Giliran tangan kiri Ja’far yang ditebas, sisa tangannya bersusah payah menarik kembali panji Islam agar tetap berkibar. Ja’far wafat dalam kondisi yang mengenaskan, panji dilanjutkan oleh Ibnu Rawahah dan berujung kematian juga untu dirinya. Khalid bin Walid hadir memberi angina segar dan mampu mengusir ratusan ribu pasukan romawi dari Mu’tah. Ja’far merupakan sahabat yang memiliki kapasitas kelas kakap, kemampuan bernegosiasi di hadapan Raja Najasyi berhasil mengamankan puluhan umat Islam di Ethiopia. Saat berduel dengan ped...

Jaminan Dewasa bukan Usia

Masalah dewasa selalu menjadi persoalan di tengah kebingungan orang menentukan standar apa yang harus dipahami. Soal standar dewasa ini memang sangat relatif. Sulit mencari sudut pandang yang objektif, sebab ukuran dewasa seseorang sangat banyak pertimbangannya. Melihat dari sudut satu tidak menutup perbedaan yang terbentang dari sudut pandang satunya. Belum lagi dilihat dari banyak ilmu yang berbicara tentang seperti apa dewasa sebenarnya. Bahkan saat kita mengatakan “masyarakat indonesia belum terlalu dewasa menyikapi masalah” , justru pernyataan itu akan berbalik. Dewasa kah orang yang mengatakan masyarakat belum dewasa? Dalam mata hukum misalnya, secara umum  batas usia seorang dewasa adalah 21 tahun. Tapi dalam undang-undang lainnya menentukan batas usia yang berbeda dalam memandang kedewasaan. Menurut sebagian ahli menyebut batas awal dewasa adalah usia 18 tahun. Sedangkan hukum Islam menyebut seorang baligh adalah dengan ihtilam, tumbuhnya rambut kemaluan dan usia t...

Perempuan Menutup Aurat atau Lelaki Menahan Nafsu?

Polemik patriarki selalu jadi tema pembahasan para feminism. Ada sudut pandang lain yang menurut mereka lelaki terlalu spesial dari perempuan.  Salah satunya soal perintah perempuan harus menutup aurat, lalu dihubungkan dengan soal tindakan kriminal, pemerkosaan dan menjaga kehormatan. Feminism melihat bukan soal perempuan yang harus menutup aurat, tapi lelakilah yang harus menahan nafsu. Dari sinilah perseteruan dimulai! Menurut saya, tidak ada polemik yang perlu diperpanjang, entah siapa yang memulai, tapi pembahasan ini seharusnya selesai sejak kedua titah itu dituliskan. Jika dilanjutkan, akhirnya muncul ribuan pertanyaan. Kenapa perempuan harus bertanggung jawab atas nafsu lelaki? Kenapa perempuan yang harus jaga diri dari lelaki, bukan sebaliknya? Dari pihak lain akan bertanya juga dengan konteksnya.  Menutup aurat itu kewajiban bagi perempuan, begitu juga menahan nafsu wajib bagi lelaki. Ego masing-masing yang membuat perdebatan ini tidak ada endingnya. Ada satu perspek...