Langsung ke konten utama

Itu Suara Lalat Bukan Nyamuk


Sering kali kita lepas kontrol perihal fokus perhatian kita, fokus kita kadang hanya pada haal-hal yang benar-benar kita rasakan itu besar, sedangkan haal kecil seringkali melupakannya, memang sulit fokus pada hal kecil jikalau kita tidak menganggap hal itu ada, bahkan seakan kita tidak membutuhkan akan hal kecil itu, dan itu saya alami kejadian itu.
Suatu ketika saya dengan teman saya pulang dari sekolah berjalan di pinggir jalan raya yang ramai dengan kendaraan, kala itu jam pulang sekolah sekitar pukul 13.00. mesin mobil angkutan umum menderru-deru dan klakson setiap kendaraan saling sahut bergantian satu sama lain, pokoknya jalan raya saat itu terlihat sangat semwarut dan sangat memuakan telinga saya dan teman. Tak ada angin tak ada hujan temen saya bertingkah aneh dengan kerutan di wajahnya seperti mencari-cari sesuatu di sekelilingnya, padahal saya tidak melihat apapun di sekitar kita berjalan, akhirnya saya putuskan untuk bertanya kepada dia, “ada apa sih sob,,?” Tanyaku.
Lalu dia menjawab sambil muka mengerut dan pandangan mencari sesuatu yang tidak jelas sambil menggeleng-geleng kepala dengan pelan “saya denger suara nyamuk,”.
Saya terperangah dengan perkataannya, “hah?? Mana ada siang bolong gini nyamuk berkeliaran sob..?? yang ada juga itu suara bising mesin-mesin angkot sana ”.
“tidak, ini beneran sejenis nyamuk gitu, dia menghiung terius mengelilingi kita tapi ga tau dimana dia” tegas dia menjawab sambil mencari-cari sumber suara itu.
“lahh,, aneh-aneh saja kau sob.” Kata saya.
Kita masih berjalan berdampingan menuju pulang, tapi dia masih saja sesekali mencari asal suara yang tidak saya dengar sejak awal dia mendengarnya. Tiba-tiba berhenti dari jalannya, sehingga saya tepat berada di depannya dengan jarak satu langkah, dan ternyata dia sedang melihat gerak-gerik lalat yang terus berputar di sekitar kita, kala itu pula saya sadar dan percaya bahwa suara itu berasal dari lalat, walau tadi sempat tidak percaya, tapi cukup kagum dengan kekuatan fokus teman saya yang satu ini,
“beneran hebat kamu sob, tengah suar-suara bising angkutan umum, masih aja denger suara kecil gitu, “ pujiku sama kemampuan fokus dia.
“ah ngga juga, orang telinga diciptakan sama kanan dan kiri” jawabnya dengan santai.
“ya tapikan, jarang orang mendengar suara kecil gitu di tengah suara berisik gini, dan buktinya sayapun tidak mendengar suara lalat berkeliling yang kamu dengar.” Tegasku.
“kalo itu memang benar, karena itu tergantung pada dirimu,  apakh itu (suara kecil si lalat) menjadi penting bagimu, atau kamu lupakan sehingga kamu tidak memfokuskan pada suara kecil itu kan,” jawab dia, sambil lanjut jalan.
“coba kamu dalam keheningan malam dan gelap sob, pasti kamu akan memfokuskan pada suatu yang akan terjadi, entah itu suara ataupun sesuatu yang akan datang kepadamu, dan pada saat  itu berarti kamu lebih hebat kan sob, bisa fokus padahal suara atau sesuatu belum datang, walaupun karena takut hhaa,,” lanjut dia sambil ketawa.
“iya juga sih, hhe” jawabku simpel, sambil pegang kepala kebingungan.
“saya contohkan deh,,”
Diapun melihat batu kerikil  yang ada di depan kita, dan mengambilnya satu. Masih sambil berjalan, lalu batu itupun dia lempar tepat ke trotoar yang kita  injak, dan “bruk” menghasilkan suara, jelas saya dan dia mendengar suara  itu.
Lalu dia bertanya “kamu dengar kan suara tadi sob??”
“iya saya denger sob” jawab saya.
“tuhkan itu bergantung pada diri kita sendiri menganggap hal itu benar-benar ada dan penting, tapi coba kalau tidak menganggap  hal itu penting, gak munkgin kamu mendengar suara itu.?”
Akhirnya kita pun berjalan dan sampai ke rumah masing-masig.
****
Terkadang kita hanya memusatkan fokus kita pada hal-hal yang besar, sayangnya kita melupakan hal-hal yang kecil yang mungkin bisa berakibat  besar. Walau teman saya mengatakan bahwa suara kecil yang dia dengar adalah suara nyamuk dan pada hakikatnya itu adalah suara lalat, tapi disini masalah di benar atau tidak jawabannya, tapi kemampuan fokus dia pada hal sekecil itu yang kadang kita melupakan itu, hal seperti ini bisa diselaraskan bagaimana seseorang menganggap nikmat Allah itu selalu ada walaupun itu kecil, tapi sanggup memfokuskan diri dan pikiran bahwa sekecil apapun rizkiNya itu tetap pemberian yang besar dari Allah. Tapi jika hal-hal kecil kita lupakan, maka nikmat sbesar apapun ari Allah kita selalu menganggapnya itu kurang dan sedikit.
Selain dari keadaan itu, ada juga yang mendengar hal kecil eperti itu tapi dia tidak menghiarukannya. Sehingga bisa di ambil hipotesis, bahwa orang yang mengganggap hal kecil itu ada, dan menghiraukannya maka dia akan lebih memperhatikannya jika itu hal yang besar begitu juga dalam nikmat Allah, walaupun itu kecil dia tetap menghitung bahwa itulah rizki Allah apalagi kalau itu nikmat yang besar. Tapi yang menganggap nikmat Allah yang besar itu kecil maka nikmat kecil akan kita anggap itu tidak ada.
Tapi kekhilafan yang kita alami seperti ini selalu kita anggap kecil pula. Maka mulai sekarang sudah waktunya kita fokus dan memperhatikan segala hal entah itu kecil ataupun besar, sehingga dengan begitu syukur kita terhadap nikmat akan terus kita lantunkan, dan kita akan selalu merasakan bahwa Allahlah pemberi sebesar-besarnya nikmat.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yahya Sinwar dan Naluri Kepahlawanan Ja’far bin Abi Thalib

  Ja’far bin Abi Thalib turun ke medan perang dengan keberanian, meski ada pesan tak biasa dari Nabi Muhammad bagi pasukan Mu’tah. Zaid bin Haritsah wafat, Ja’far langsung mengamankan panji Islam, tanda Islam tidak tunduk pada banyaknya pasukan Romawi. Tangan kanannya terputus, Ja’far hanya peduli pada panji Islam agar terus berkibar. Kibaran panji Islam bukan soal simbol belaka, ada kobaran semangat yang akan mendorong tiga ribu umat Islam yang berjibaku. Giliran tangan kiri Ja’far yang ditebas, sisa tangannya bersusah payah menarik kembali panji Islam agar tetap berkibar. Ja’far wafat dalam kondisi yang mengenaskan, panji dilanjutkan oleh Ibnu Rawahah dan berujung kematian juga untu dirinya. Khalid bin Walid hadir memberi angina segar dan mampu mengusir ratusan ribu pasukan romawi dari Mu’tah. Ja’far merupakan sahabat yang memiliki kapasitas kelas kakap, kemampuan bernegosiasi di hadapan Raja Najasyi berhasil mengamankan puluhan umat Islam di Ethiopia. Saat berduel dengan ped...

Jaminan Dewasa bukan Usia

Masalah dewasa selalu menjadi persoalan di tengah kebingungan orang menentukan standar apa yang harus dipahami. Soal standar dewasa ini memang sangat relatif. Sulit mencari sudut pandang yang objektif, sebab ukuran dewasa seseorang sangat banyak pertimbangannya. Melihat dari sudut satu tidak menutup perbedaan yang terbentang dari sudut pandang satunya. Belum lagi dilihat dari banyak ilmu yang berbicara tentang seperti apa dewasa sebenarnya. Bahkan saat kita mengatakan “masyarakat indonesia belum terlalu dewasa menyikapi masalah” , justru pernyataan itu akan berbalik. Dewasa kah orang yang mengatakan masyarakat belum dewasa? Dalam mata hukum misalnya, secara umum  batas usia seorang dewasa adalah 21 tahun. Tapi dalam undang-undang lainnya menentukan batas usia yang berbeda dalam memandang kedewasaan. Menurut sebagian ahli menyebut batas awal dewasa adalah usia 18 tahun. Sedangkan hukum Islam menyebut seorang baligh adalah dengan ihtilam, tumbuhnya rambut kemaluan dan usia t...

Perempuan Menutup Aurat atau Lelaki Menahan Nafsu?

Polemik patriarki selalu jadi tema pembahasan para feminism. Ada sudut pandang lain yang menurut mereka lelaki terlalu spesial dari perempuan.  Salah satunya soal perintah perempuan harus menutup aurat, lalu dihubungkan dengan soal tindakan kriminal, pemerkosaan dan menjaga kehormatan. Feminism melihat bukan soal perempuan yang harus menutup aurat, tapi lelakilah yang harus menahan nafsu. Dari sinilah perseteruan dimulai! Menurut saya, tidak ada polemik yang perlu diperpanjang, entah siapa yang memulai, tapi pembahasan ini seharusnya selesai sejak kedua titah itu dituliskan. Jika dilanjutkan, akhirnya muncul ribuan pertanyaan. Kenapa perempuan harus bertanggung jawab atas nafsu lelaki? Kenapa perempuan yang harus jaga diri dari lelaki, bukan sebaliknya? Dari pihak lain akan bertanya juga dengan konteksnya.  Menutup aurat itu kewajiban bagi perempuan, begitu juga menahan nafsu wajib bagi lelaki. Ego masing-masing yang membuat perdebatan ini tidak ada endingnya. Ada satu perspek...