Langsung ke konten utama

Revolusi Mental Itu Dengan Iman


Kalimat revolusi mental menjadi tenar belakangan ini semenjak kampanye pilpres 2014, adalah presiden kita yang menggemborkan revolusi mental melalui tulisannya di media Koran, walau belum diketahui kebenarannya apakah itu tulisan beliau atau bukan, karena di waktu bersamaan tulisan beliau diterbitkan oleh sindo, saat itu juga ada tulisan sejenis di media lain yang menyerupai, wallahu a’lam.
Tidak masalah disitu, tapi memang benar adanya Indonesia butuh revolusi mental secara keseluruhan, sudah lumrah melihat anak umur 6-12 tahun yang justru mengamen di jalanan bukannya sekolah, entah itu karena orang tua mereka yang sudah tiada hingga tidak ada yang menanggungnya, tapi mental menyerahlah yang membuatnya seperti itu  sehingga lebih memilih jalan pintas ketimbang mengusahakan untuk tetap  sekolah, dan sudah tidak aneh jika mendengar siswi SMA bunuh diri karena percintaan, hal yang seharusnya tidak terjadi, dikaitkan dengan  pelajarannyapun anak SD pun sudah mengerti tentang hal ini, sudah bercinta di luar nikah dilarang dalam islam, tambah lagi bunuh diri karena hal itu pula.  Belum lagi para wakil rakyat yang seharusnya amanah justru bermain dengan amanahnya di belakang dasi-dasi rapih mereka, lemahnya mental membuat mereka menghalalkan segala cara. Dan itu semua menjadi salah satu faktor lambatnya Indonesia untuk maju.
Sebab inilah revolusi mental menjadi salah satu tips untuk mebangkitkan Indonesia, harapan itu masih ada, tak ada yang tidak mungkin, bagaimana merevolusi mental?? Kita coba JAS MERAH (jangan sekali-
sekali melupakan sejarah) di perang Uhud dimana kita kaum muslim di perangi hingga lari dari peperangan, bisa dikatakan kalah kala itu, tapi di perang Khandaq muslimin justru menjadi kuat, dengan segala strateginya, adalah kecerdasan RAsulullah sanggup merevolusi mental lugu, menyerah, kalah pada diri pasukannya menjadi mental berjuang, pantang menyerah dan menang, dan hasilnya,,, itu adalah satu-satunya kekalahan yang dilakoni Rasulullah sepanjang hidupnya, suatu yang hebat dilakukan oleh Rasul, benar-benar 180 derajat perubahannya,
Bukan hal mudah untuk muslim kala itu untuk melakukan comeback atas kekalahan yang diderita ketika perang Uhud, tapi Nabi Muhammad mampu membuat keimanan mereka pada Allah semakin kuat yang membuat mental kalah, pesimis, menyerah yang terjadi saat perang Uhud berubah menjadi mental  yang benar-benar kuat. Subhanallah, setiap mereka tentunya beriman kepada Allah, ada kalanya hal kecil mengurangi keimanan kita kepadaNya, yang berefek pada mental kita yang hancur. Kita bisa lihat bagaimana Iman kepada Allah mampu menguatkan mental kita, kita percaya akan kekuatan Allah yang tak tertandingi membuat kita percaya bahwa islam ini akan menang, walaupun kalah mental kuat ini akan selalu mengatakan bahwa  menang kalah bukan patokan muslim berjuang, karena pada akhirnya islam akan menang,  tapi amalan dan usaha kita yang menjadi ganjaran berlipat di hari akhir nanti. Begitulah mental kuat menjadikan kita muslim sebenar-benarnya, menjadikan  kita ketagihan untuk terus menguatkan iman kepada Allah.
Maka pada akhirnya Iman kepada sang Murabbi lah yang merubah pola pikir kita, itulah yang benar-benar sanggup merevolusi mental kita, semua akan meningkat selaras dengan meningkatnya iman kita.
Wallahu a’lam



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yahya Sinwar dan Naluri Kepahlawanan Ja’far bin Abi Thalib

  Ja’far bin Abi Thalib turun ke medan perang dengan keberanian, meski ada pesan tak biasa dari Nabi Muhammad bagi pasukan Mu’tah. Zaid bin Haritsah wafat, Ja’far langsung mengamankan panji Islam, tanda Islam tidak tunduk pada banyaknya pasukan Romawi. Tangan kanannya terputus, Ja’far hanya peduli pada panji Islam agar terus berkibar. Kibaran panji Islam bukan soal simbol belaka, ada kobaran semangat yang akan mendorong tiga ribu umat Islam yang berjibaku. Giliran tangan kiri Ja’far yang ditebas, sisa tangannya bersusah payah menarik kembali panji Islam agar tetap berkibar. Ja’far wafat dalam kondisi yang mengenaskan, panji dilanjutkan oleh Ibnu Rawahah dan berujung kematian juga untu dirinya. Khalid bin Walid hadir memberi angina segar dan mampu mengusir ratusan ribu pasukan romawi dari Mu’tah. Ja’far merupakan sahabat yang memiliki kapasitas kelas kakap, kemampuan bernegosiasi di hadapan Raja Najasyi berhasil mengamankan puluhan umat Islam di Ethiopia. Saat berduel dengan ped...

Jaminan Dewasa bukan Usia

Masalah dewasa selalu menjadi persoalan di tengah kebingungan orang menentukan standar apa yang harus dipahami. Soal standar dewasa ini memang sangat relatif. Sulit mencari sudut pandang yang objektif, sebab ukuran dewasa seseorang sangat banyak pertimbangannya. Melihat dari sudut satu tidak menutup perbedaan yang terbentang dari sudut pandang satunya. Belum lagi dilihat dari banyak ilmu yang berbicara tentang seperti apa dewasa sebenarnya. Bahkan saat kita mengatakan “masyarakat indonesia belum terlalu dewasa menyikapi masalah” , justru pernyataan itu akan berbalik. Dewasa kah orang yang mengatakan masyarakat belum dewasa? Dalam mata hukum misalnya, secara umum  batas usia seorang dewasa adalah 21 tahun. Tapi dalam undang-undang lainnya menentukan batas usia yang berbeda dalam memandang kedewasaan. Menurut sebagian ahli menyebut batas awal dewasa adalah usia 18 tahun. Sedangkan hukum Islam menyebut seorang baligh adalah dengan ihtilam, tumbuhnya rambut kemaluan dan usia t...

Perempuan Menutup Aurat atau Lelaki Menahan Nafsu?

Polemik patriarki selalu jadi tema pembahasan para feminism. Ada sudut pandang lain yang menurut mereka lelaki terlalu spesial dari perempuan.  Salah satunya soal perintah perempuan harus menutup aurat, lalu dihubungkan dengan soal tindakan kriminal, pemerkosaan dan menjaga kehormatan. Feminism melihat bukan soal perempuan yang harus menutup aurat, tapi lelakilah yang harus menahan nafsu. Dari sinilah perseteruan dimulai! Menurut saya, tidak ada polemik yang perlu diperpanjang, entah siapa yang memulai, tapi pembahasan ini seharusnya selesai sejak kedua titah itu dituliskan. Jika dilanjutkan, akhirnya muncul ribuan pertanyaan. Kenapa perempuan harus bertanggung jawab atas nafsu lelaki? Kenapa perempuan yang harus jaga diri dari lelaki, bukan sebaliknya? Dari pihak lain akan bertanya juga dengan konteksnya.  Menutup aurat itu kewajiban bagi perempuan, begitu juga menahan nafsu wajib bagi lelaki. Ego masing-masing yang membuat perdebatan ini tidak ada endingnya. Ada satu perspek...