Langsung ke konten utama

Menuju Kualitas Tinggi dengan Pendidikan

Indonesia termasuk big five Negara dengan popularitas penduduk yang cukup tinggi. Sehingga besarnya kuantitas membuat kesempatan untuk menaikan kualitas negeri ini lebih besar, seperti itulah pandangan persentase di mmata saya, tanpa dilihat jiwa perorangannya. Dan memamng keadaan diri setiap insane adalah tolak ukur yang hakiki dan lebih kuat untuk membuktikan rating kualitas sebuah mujtama’, mencoba memandang jauh ke belakang bagaimana bangsa Arab digoncangkan dengan kemenangan pasukan Nabi SAW berpasukan kurang lebih 300 melawan kafir yang berjumlah 1000, juga perang uhud yang mana kemenangan sudah didepan mata kaum muslimin bisa lenyap begitu saja karena kecerobohan pasukan pemanah yang kehilangan sifat zuhud mendadak, kejadian dua perang ini yang menghasilkan dua pemenang dengan persentase kuantitas yang hampir sama membuktikan bahwa kualitas itu ada di diri setiap orang dalam kumpulan tertentu.
Kembali ke tanah air tercinta ini, melihat gambaran diatas berarti untuk menuju kumpulan dengan kuantitas dan kualitas tinggi adalah meningkatkan kualitas setiap pribadinya untuk menentukan nasibnya yang berpengaruh terhadap nasib kumpulan itu. Adalah pendidikan menjadi senjata pertama untuk mendongkrak kualitas perorangannya, melirik semua orang berkualitas di dunia seperti Nabi Muhammad SAW  walau tidak ada sejenis system pendidikan seperti zaman sekarang, juga wasilah-wasilah yang membantunya tapi Nabi tetap orang sukses dalam segala hal, perangai yang indah, budi pekerti terarah, akhlak yang ramah dan senyumnya yang cerah bahkan julukannya sebagai quran berjalan karena sikapnya benar-benar qurani, itulah dia yang terdidik dan  menonjolkan kualitas dirinya sehingga kumpulannya pun ikut terangkat dengan kualitasnya dalam segala hal. Dan masih banyak pribadi terdidik yang menjadikan dirinya berkualitas dan mempengaruhi kumpulan mereka untuk menjadi berkualitas. Apakah kita masih meragukan bahwa pendidikan adalah pondasi besar menuju kesuksesan sebuah mujtama’?
Hakikatnya manusia sekarang sadar dengan pentingnya pendidikan, hanya saa suara-suara tak bertanggunga jawab membuat kita ragu dengan proyek pendidikan menuju kualitas diri, bercecernya manusia yang putus sekolah atau tamat wajar 9 tahun hinggan tingkat SMA atau bahkan kuliah yang tidak menunjukan kualitas hasil dari pendidikannya dan dianggap tidak berkualitas atau gagal membuat keraguan itu semakin kuat di diri kita. Perihal ini memang ada benarnya, bung, tapi sayang apapun yang terlihat atau alasan apa saja itu tetap pendidikan adalah jalan menuju pribadi berkualitas dan bahkan lebih jauh untuk negeri berkualitas. Atau selayang pandang saja, jika kita tidak berada dalam pendidikan bagaimana kita bisa menjadi seorang berkualitas? lebih jauh lagi untuk terbentuknya negeri berkualitas… keadaan awwam yang seperti ini mengingatkan saya dengan sebuah qaidah fiqh “jika berada diantara 2 bahaya, maka ambilah satu yang paling kecil madharatnya”, jika terdapat 2 bahaya saja kita masih mungkin untuk mengambil satu yang paling kecil pengaruh buruknya terhadap kita, apalagi dengan pendidikan yang justru kebalikannya memberikan manfaat, manfaat yang besar pula. Tidakkah kita berpikir hingga kesana???
Semoga pendidikan negeri kita terus meningkat, untuk kulitas setiap insan yang meningkat dan tentu demi negeri yang bekuantitas dan berkualitas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yahya Sinwar dan Naluri Kepahlawanan Ja’far bin Abi Thalib

  Ja’far bin Abi Thalib turun ke medan perang dengan keberanian, meski ada pesan tak biasa dari Nabi Muhammad bagi pasukan Mu’tah. Zaid bin Haritsah wafat, Ja’far langsung mengamankan panji Islam, tanda Islam tidak tunduk pada banyaknya pasukan Romawi. Tangan kanannya terputus, Ja’far hanya peduli pada panji Islam agar terus berkibar. Kibaran panji Islam bukan soal simbol belaka, ada kobaran semangat yang akan mendorong tiga ribu umat Islam yang berjibaku. Giliran tangan kiri Ja’far yang ditebas, sisa tangannya bersusah payah menarik kembali panji Islam agar tetap berkibar. Ja’far wafat dalam kondisi yang mengenaskan, panji dilanjutkan oleh Ibnu Rawahah dan berujung kematian juga untu dirinya. Khalid bin Walid hadir memberi angina segar dan mampu mengusir ratusan ribu pasukan romawi dari Mu’tah. Ja’far merupakan sahabat yang memiliki kapasitas kelas kakap, kemampuan bernegosiasi di hadapan Raja Najasyi berhasil mengamankan puluhan umat Islam di Ethiopia. Saat berduel dengan ped...

Jaminan Dewasa bukan Usia

Masalah dewasa selalu menjadi persoalan di tengah kebingungan orang menentukan standar apa yang harus dipahami. Soal standar dewasa ini memang sangat relatif. Sulit mencari sudut pandang yang objektif, sebab ukuran dewasa seseorang sangat banyak pertimbangannya. Melihat dari sudut satu tidak menutup perbedaan yang terbentang dari sudut pandang satunya. Belum lagi dilihat dari banyak ilmu yang berbicara tentang seperti apa dewasa sebenarnya. Bahkan saat kita mengatakan “masyarakat indonesia belum terlalu dewasa menyikapi masalah” , justru pernyataan itu akan berbalik. Dewasa kah orang yang mengatakan masyarakat belum dewasa? Dalam mata hukum misalnya, secara umum  batas usia seorang dewasa adalah 21 tahun. Tapi dalam undang-undang lainnya menentukan batas usia yang berbeda dalam memandang kedewasaan. Menurut sebagian ahli menyebut batas awal dewasa adalah usia 18 tahun. Sedangkan hukum Islam menyebut seorang baligh adalah dengan ihtilam, tumbuhnya rambut kemaluan dan usia t...

Perempuan Menutup Aurat atau Lelaki Menahan Nafsu?

Polemik patriarki selalu jadi tema pembahasan para feminism. Ada sudut pandang lain yang menurut mereka lelaki terlalu spesial dari perempuan.  Salah satunya soal perintah perempuan harus menutup aurat, lalu dihubungkan dengan soal tindakan kriminal, pemerkosaan dan menjaga kehormatan. Feminism melihat bukan soal perempuan yang harus menutup aurat, tapi lelakilah yang harus menahan nafsu. Dari sinilah perseteruan dimulai! Menurut saya, tidak ada polemik yang perlu diperpanjang, entah siapa yang memulai, tapi pembahasan ini seharusnya selesai sejak kedua titah itu dituliskan. Jika dilanjutkan, akhirnya muncul ribuan pertanyaan. Kenapa perempuan harus bertanggung jawab atas nafsu lelaki? Kenapa perempuan yang harus jaga diri dari lelaki, bukan sebaliknya? Dari pihak lain akan bertanya juga dengan konteksnya.  Menutup aurat itu kewajiban bagi perempuan, begitu juga menahan nafsu wajib bagi lelaki. Ego masing-masing yang membuat perdebatan ini tidak ada endingnya. Ada satu perspek...