Langsung ke konten utama

Tragis, tahun baru islam (hijriyah)

 
"seakan kejadian di setiap muharraman menurunkan hakikat mayoritas muslim indonesia"

Beberapa subjek tertentu mempunyai tahun baru tertentu pula, begitu juga dengan islam mempunyai itu, adalahbtahun hijriyah yang dimiliki islam dengan melalui perhitungan perputaran bulan pada bumi. setiap tahunnya selalu ada perayaan di tahun baru itu, biasanya indonesia menamakan itu dengan muharaman. 
Muharaman di indonesia identik dengan jalan bersama keliling dengan obor dan juga acara-acara  keislaman di mesjid2 atau tempat tertentu dan begitu juga di tahun masehinya indonesia tak jauh beda dengan luar negeri, acara yang dibarengi petasan, mercon, kembang api dll.

Tapi yang kita bicarakan sekarang itu tentang pikiran dan perasaan tiap orangan dalam menghadapi tahun baru ini. apa itu? perayaan islam yang identik dengan pawai obor terkesan kurang rame dan sepi, sehingga pandangan terhadap itui seakan-akan islam itu
sangat minim dan sedikit, sepi dan orang-orang islam itu seperti tidak peduli dengan hari tahun baru islam itu, padahal pentingnya tahun baru sangatlah besar, padahal di hari seperti ini islam berkesempatan mengadakan acara akbar yang menunjukan bahwa agama Allah itu besar, benar-benar besar. sedang ini hanya terlaksana di mesjid-mesjid seakan islam tidak mampu mengadakan acara itu. padahal jika muwahid semua umat islam besarnya sampai tidak ada tempat unuk mengadakannya.

Yang jadi masalah itu, bukan kenapa cuma pawai obor, cuma pengajian di setiap mesjid yang hanya dihadiri segelintir orang?. karena acara tahun baru islam bukan ditandai dengan acaranya, tapi pengaruh terhaadap hati setiap orangnya untuk merubah dirinya lebih dekat kepada ALLAH, perbanyak ibadah, perbaharui niat. sebenarnya itu inti dari tahun baru islam. tapi kesan umat kita yang mengadakan lebih akbar pada tahun baru masehi 1 januari membuat anggapan-anggapan itu muncul. 
mengapa mereka  keluarkan hartanya untuk 1 januari sebesar itu, sedangkan di 1 muharram hanya segelintir saja? l]kenapa? mengapa mereka berani acara yang sangat besar sampai disaksikan di seluruh dunia tapi di acara islami mereka tidak keluar? mana mereka? apakah benar mereka tidak peduli dengan islam? bukankah investor acara 1 januari itu banyak juga dari muslim?

liat saja perbandingan tahun baru masehi dan hijriyah!! seakan-akan mereka lebih menikmati, menghayati saat tahun baru masehi mereka begadang menunggu malam penuh arti itu, sedangkan mereka tidak membuka mata hingga larut malam untuk berdzikir atau membaca Quran saat tahun baru hijriyah. 
ini semua menurunkan hakikat mayoritas muslim indonesia, karena dari anggapan ketidakpedulian mereka memunculkan bahwa muslim hanya segelintir saja, padahal kita melaksanakan pengajian di setiap masjid nya, setiap daerah adakan pawai obor. bukankah itu kebesaran umat islam? kalau memang mereka tidak merasakan itu, mari kita buktikan dengan kebesaran persatuan kita bukan malah melenceng pada yang tidak di prioritaskan.

 WAHAI ORANG ISLAM,DARI SEMUA UMAT ISLAM SEKARANG MEREKA SEAKAN INGIN MENYAINGI KAUM KAFIR, NASHRANI DENGAN MEMERIAHKAN , KEGIATAN-KEGIATAN KHUSUS DI HARI TAHUN BARU ITU, YANG JUSTRU MALAH MEMALUKAN ISLAM DARI SEGALA SISI. PADAHAL YANG PALING INTI ITU ADALAH MENGINGAT BAHWA KEMATIAN SEMAKIN DEKAT. SEDIKIT BELUM DITEMUKAN HADITS SHAHIH TENTANG PERAYAAN ITU. DAN INILAH MAKSUD TRAGIS TAHUN BARU HIJRIYAH KITA.

 "kami butuh hidayah-Mu ya Allah"

wallahu a'lam bi showaab

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yahya Sinwar dan Naluri Kepahlawanan Ja’far bin Abi Thalib

  Ja’far bin Abi Thalib turun ke medan perang dengan keberanian, meski ada pesan tak biasa dari Nabi Muhammad bagi pasukan Mu’tah. Zaid bin Haritsah wafat, Ja’far langsung mengamankan panji Islam, tanda Islam tidak tunduk pada banyaknya pasukan Romawi. Tangan kanannya terputus, Ja’far hanya peduli pada panji Islam agar terus berkibar. Kibaran panji Islam bukan soal simbol belaka, ada kobaran semangat yang akan mendorong tiga ribu umat Islam yang berjibaku. Giliran tangan kiri Ja’far yang ditebas, sisa tangannya bersusah payah menarik kembali panji Islam agar tetap berkibar. Ja’far wafat dalam kondisi yang mengenaskan, panji dilanjutkan oleh Ibnu Rawahah dan berujung kematian juga untu dirinya. Khalid bin Walid hadir memberi angina segar dan mampu mengusir ratusan ribu pasukan romawi dari Mu’tah. Ja’far merupakan sahabat yang memiliki kapasitas kelas kakap, kemampuan bernegosiasi di hadapan Raja Najasyi berhasil mengamankan puluhan umat Islam di Ethiopia. Saat berduel dengan ped...

Jaminan Dewasa bukan Usia

Masalah dewasa selalu menjadi persoalan di tengah kebingungan orang menentukan standar apa yang harus dipahami. Soal standar dewasa ini memang sangat relatif. Sulit mencari sudut pandang yang objektif, sebab ukuran dewasa seseorang sangat banyak pertimbangannya. Melihat dari sudut satu tidak menutup perbedaan yang terbentang dari sudut pandang satunya. Belum lagi dilihat dari banyak ilmu yang berbicara tentang seperti apa dewasa sebenarnya. Bahkan saat kita mengatakan “masyarakat indonesia belum terlalu dewasa menyikapi masalah” , justru pernyataan itu akan berbalik. Dewasa kah orang yang mengatakan masyarakat belum dewasa? Dalam mata hukum misalnya, secara umum  batas usia seorang dewasa adalah 21 tahun. Tapi dalam undang-undang lainnya menentukan batas usia yang berbeda dalam memandang kedewasaan. Menurut sebagian ahli menyebut batas awal dewasa adalah usia 18 tahun. Sedangkan hukum Islam menyebut seorang baligh adalah dengan ihtilam, tumbuhnya rambut kemaluan dan usia t...

Perempuan Menutup Aurat atau Lelaki Menahan Nafsu?

Polemik patriarki selalu jadi tema pembahasan para feminism. Ada sudut pandang lain yang menurut mereka lelaki terlalu spesial dari perempuan.  Salah satunya soal perintah perempuan harus menutup aurat, lalu dihubungkan dengan soal tindakan kriminal, pemerkosaan dan menjaga kehormatan. Feminism melihat bukan soal perempuan yang harus menutup aurat, tapi lelakilah yang harus menahan nafsu. Dari sinilah perseteruan dimulai! Menurut saya, tidak ada polemik yang perlu diperpanjang, entah siapa yang memulai, tapi pembahasan ini seharusnya selesai sejak kedua titah itu dituliskan. Jika dilanjutkan, akhirnya muncul ribuan pertanyaan. Kenapa perempuan harus bertanggung jawab atas nafsu lelaki? Kenapa perempuan yang harus jaga diri dari lelaki, bukan sebaliknya? Dari pihak lain akan bertanya juga dengan konteksnya.  Menutup aurat itu kewajiban bagi perempuan, begitu juga menahan nafsu wajib bagi lelaki. Ego masing-masing yang membuat perdebatan ini tidak ada endingnya. Ada satu perspek...