Langsung ke konten utama

sikapi kenikmatan dunia ini, wahai manusia!!!


Kadang kita terbawa pada suatu pemikiran karena  keberadaan kita dalam kemiskinan, hidup  dalam kekurangan, tak memiliki harta berlimpah sedang rasa keimanan dan ketaqwaan padaNya merasa telah dilakukan, dimanakah kemurahan Tuhan yang bersifat Maha Kasih dan Sayang ? Demikian kadang terbesit dalam pemikiran diantara kita.
Dan  pula membandingkan terhadap mereka yang  tidak beriman bahkan jelas ingkar pada Tuhan, justru mereka berada dalam bergelimangnya harta, mereka tidak dalam kemiskinan dan kekurangan, dalam kesehariannya hidup dengan kemewahan
, bahkan bertambah-tambah harta kekayaannya.
Yang demikian kadang ada diantara kita, adanya pikiran atau godaan keraguan atas kasih Tuhan, yang lebih parah lagi kadang muncul keraguan tentang sesungguhnya adanya Tuhan, yang karena merasa sudah dengan sepenuh hati sepenuh jiwa mendekat beribadah memohon kepadaNya, namun bagai tak ada respon tak ada pemberian kemurahan dariNya.
"sikapi kenikmatan duniawi dengan sabar dan tawakal"
disinilah keimanan yang sebenarnya ada, selain saat macet di jakarta, ini pun salah satu ujian yang harus di hadapi dengan kesabaran juga. tak sedikit orang yang roboh dengan berbagai ujian yang diberikan entah dalam bentuk positif atau negatif.
bagaimana tidak,?? kita selalu melupakan hal sepele ini, yang berefek sangat besar dan parah jika di biarkan. ini lebih ditekankan bagi yang mempunyai sebuah kelebihan, jelas dan tegas Tuhan kita menerangkan bahwa harta benda dan apapun bentuk kebahagiaan pangkat, derajat, kesuksesan adalah kenikmatan duniawi atau perhiasan dunia semata. ya perhiasan yang kita tahu suatu saat nanti perhiasan itu mungkin rusak, mungkin hilang itulah yang kita pegang dan adung-agungkan selama ini. padahal ada yang lebih utama dari itu yakni syurga.
"perlu dicamkan harta itu ujian, tidak selalu berkah "
Demikianlah , bagaimana kita harus menyikapi nikmatnya duniawi ini dan bagaimana menyikapi penderitaan , kekurangan atau kemiskinan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yahya Sinwar dan Naluri Kepahlawanan Ja’far bin Abi Thalib

  Ja’far bin Abi Thalib turun ke medan perang dengan keberanian, meski ada pesan tak biasa dari Nabi Muhammad bagi pasukan Mu’tah. Zaid bin Haritsah wafat, Ja’far langsung mengamankan panji Islam, tanda Islam tidak tunduk pada banyaknya pasukan Romawi. Tangan kanannya terputus, Ja’far hanya peduli pada panji Islam agar terus berkibar. Kibaran panji Islam bukan soal simbol belaka, ada kobaran semangat yang akan mendorong tiga ribu umat Islam yang berjibaku. Giliran tangan kiri Ja’far yang ditebas, sisa tangannya bersusah payah menarik kembali panji Islam agar tetap berkibar. Ja’far wafat dalam kondisi yang mengenaskan, panji dilanjutkan oleh Ibnu Rawahah dan berujung kematian juga untu dirinya. Khalid bin Walid hadir memberi angina segar dan mampu mengusir ratusan ribu pasukan romawi dari Mu’tah. Ja’far merupakan sahabat yang memiliki kapasitas kelas kakap, kemampuan bernegosiasi di hadapan Raja Najasyi berhasil mengamankan puluhan umat Islam di Ethiopia. Saat berduel dengan ped...

Jaminan Dewasa bukan Usia

Masalah dewasa selalu menjadi persoalan di tengah kebingungan orang menentukan standar apa yang harus dipahami. Soal standar dewasa ini memang sangat relatif. Sulit mencari sudut pandang yang objektif, sebab ukuran dewasa seseorang sangat banyak pertimbangannya. Melihat dari sudut satu tidak menutup perbedaan yang terbentang dari sudut pandang satunya. Belum lagi dilihat dari banyak ilmu yang berbicara tentang seperti apa dewasa sebenarnya. Bahkan saat kita mengatakan “masyarakat indonesia belum terlalu dewasa menyikapi masalah” , justru pernyataan itu akan berbalik. Dewasa kah orang yang mengatakan masyarakat belum dewasa? Dalam mata hukum misalnya, secara umum  batas usia seorang dewasa adalah 21 tahun. Tapi dalam undang-undang lainnya menentukan batas usia yang berbeda dalam memandang kedewasaan. Menurut sebagian ahli menyebut batas awal dewasa adalah usia 18 tahun. Sedangkan hukum Islam menyebut seorang baligh adalah dengan ihtilam, tumbuhnya rambut kemaluan dan usia t...

Perempuan Menutup Aurat atau Lelaki Menahan Nafsu?

Polemik patriarki selalu jadi tema pembahasan para feminism. Ada sudut pandang lain yang menurut mereka lelaki terlalu spesial dari perempuan.  Salah satunya soal perintah perempuan harus menutup aurat, lalu dihubungkan dengan soal tindakan kriminal, pemerkosaan dan menjaga kehormatan. Feminism melihat bukan soal perempuan yang harus menutup aurat, tapi lelakilah yang harus menahan nafsu. Dari sinilah perseteruan dimulai! Menurut saya, tidak ada polemik yang perlu diperpanjang, entah siapa yang memulai, tapi pembahasan ini seharusnya selesai sejak kedua titah itu dituliskan. Jika dilanjutkan, akhirnya muncul ribuan pertanyaan. Kenapa perempuan harus bertanggung jawab atas nafsu lelaki? Kenapa perempuan yang harus jaga diri dari lelaki, bukan sebaliknya? Dari pihak lain akan bertanya juga dengan konteksnya.  Menutup aurat itu kewajiban bagi perempuan, begitu juga menahan nafsu wajib bagi lelaki. Ego masing-masing yang membuat perdebatan ini tidak ada endingnya. Ada satu perspek...