Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2019

Siapa yang Memakan Sastra Islam?

Sastra dan Islam selamanya akan terus bersama. Dalam sejarah Islam, sastra memiliki peranan penting sebagai sarana dakwah. Secara tidak langsung sastra akan berfungsi sebagai; pengingat akan nilai kebenaran, mengkomunikasikan prinsip Islam, memberi suri tauladan (akhlak yang baik) dan bertindak tegas dengan segala kemampuan yang dimiliki. (Fuad Amsyari, 2003 : 6).  Sastra sudah menemani perjalanan Islam sejak awal risalahnya disampaikan kepada Muhammad saw. Dunia Arab sempat mencicipi masa dimana untaian kata yang bermakna ialah puncak kehebatan manusia. Mereka berlomba melahirkan karya untuk mendapatkan label terhormat. Dan Islam hadir menyempurnakannya. Lalu bagaimana dengan sekarang? Download selengkapnya 👇 https://drive.google.com/open?id=1VIzdqTCtkVkSzQaaMoW8BwJFB-reU4yD

Tribute to BJ Habibie : Mengembalikan Nilai Juang yang Hilang

“Saya diberi kenikmatan oleh Allah ilmu teknologi sehingga saya bisa membuat pesawat terbang, tapi sekarang saya tahu bahwa ilmu agama lebih manfaat untuk umat Islam, kalau saya disuruh milih antara keduanya maka saya memilih ilmu agama” -BJ Habibie- Tatkala dunia ini hampir terjerumus ke dalam jurang kehancuran, karena kebodohan dan kebiadaban. Tidak ada nilai, norma dan etika. Seluruh hidup manusia saat itu dipasrahkan kepada kebodohan kolektif. Lalu tampil Islam dengan konsep ke-Ilahian, persaudaraan dan kebenaran. Mengarahkan manusia kepada cahaya kebebasan meninggalkan kejahilan dan tahayul. Diletakan makna hidup selaras dengan fitrah manusia dimanapun mereka berada. Seketika musyrik berubah menjadi iman, dilancarkanlah ibadah dan muamalah. Ajarannya yang lengkap dan mudah mengatur hubungan sesama insan dan kepada Tuhan, melalui jalur horizontal dan vertikal. Lalu, semarak orang Barat yang gelap menghadapi masa depannya dengan berguru dari orang Islam. jangan bayan...

Jangan Paksa (Saya) Menikah

Pernikahan merupakan ibadah yang tersurat dalam al-Quran dan hadis. Dengan segala keistimewaan dan hikmah yang terkandung di dalamnya pernikahan memberikan pahala bagi kedua pasangan. Tentu bagi mereka yang melakukannya dengan sempurna. Kesempurnaannya terkandung dalam sebuah hadis yang menyebutkan menikah ialah setengah dari pada agama (nishfu addin). Pernikahan dalam Islam merupakan jaminan atas fitrah manusia, namun agama mengaturnya dengan indah. Menikah bukan sebatas gerbang yang sah dilewati (dalam agama) untuk melepaskan hawa nafsu manusia. Di dalamnya terdapat dakwah, jihad, sedekah dan segala persembahan yang Allah berikan dalam rupa yang mesra, manja dan mempesona. Realita yang kita temukan menikah seperti ajang pertaruhan ketika kawanan jomblo (belum menikah) dihadapkan dengan momen yang seharusnya saat itu mereka perlu menikah menurut definisi orang tua atau sahabat yang sudah menikah. Meme dan segala bentuk nasihat berubah maksud dari yang tadinya hiburan dan man...